REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Yayasan United in Diversity (UID) Mari Elka Pangestu menyatakan perlu ada revolusi mental dari semua pihak dalam memasuki revolusi industri keempat atau 4.0.
"Kami bagian dari satgas untuk mengubah kapasitas kepemimpinan, bagian dari revolusi mental untuk birokrasi, dan kami dari Yayasan UID bagian dari itu karena kita punya metode pembelajaran untuk mengubah mindset," kata Mari di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (26/11).
Mantan Menteri Perdagangan itu menyebutkan yayasan itu sudah menerapkan metode itu selama 10 tahun terakhir di berbagai program.
"Kami diundang untuk bergabung dengan tim Lemhannas, tim Ristekdikti yang ketuanya Pak Luhut," katanya. UID merupakan organisasi nirlaba, berkedudukan di Indonesia yang didirikan oleh para tokoh bisnis dan pemerintah.
Ia menyebutkan dalam pertemuan dengan Presiden Jokowi, Presiden meminta untuk mendorong revolusi mental yang lebih luas, tidak hanya di kalangan birokrasi.
"Awalnya untuk birokrasi tapi tadi beliau inginnya tidak hanya untuk birokrasi tapi diperluas karena menurut beliau, perubahan yang sangat cepat merupakan tantangan yang harus memberi kesempatan untuk melompat maju," katanya.
Oleh karena itu, lanjutnya, semua harus siap, termasuk sumber daya manusianya.
"Kalau sekarang beliau sering membahas infrastruktur, maka sekarang infrastruktur manusia yang harus kita bangun," kata Mari Pangestu.