Rabu 21 Nov 2018 20:37 WIB

Menteri LHK Minta Kematian Paus Berisi Plastik Diteliti

Bangkai paus sepanjang 9,5 meter terdampar di Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

Rep: Maspril Aries/ Red: Karta Raharja Ucu
 Menteri Siti Nurbaya yang didampingi Kepala Dinas Kehutanan Sumatra Selatan (Sumsel) Pandji Tjahjanto meninjau hutan kota Punti Kayu, Palembang, Rabu (21/11).
Foto: Republika/Maspril Aries
Menteri Siti Nurbaya yang didampingi Kepala Dinas Kehutanan Sumatra Selatan (Sumsel) Pandji Tjahjanto meninjau hutan kota Punti Kayu, Palembang, Rabu (21/11).

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Bangkai paus sepanjang 9,5 meter yang sudah membusuk terdampar di perairan Desa Kapota, Kecamatan Wangiwangi Selatan (Wangsel), Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra), mendapat perhatian Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya.

Di Palembang saat melakukan peninjauan ke kawasan konservasi Taman Wisata Alam Punti Kayu, Siti mengatakan, “Kami sudah menerima laporan kematian seekor ikan paus yang dalam tubuhnya ditemukan ada sampah plastik dengan berat sekitar enam kilogram.”

Baca Juga

Berdasarkan laporan tersebut, Siti sudah meminta Akademi Perikanan dan Kelautan melakukan penelitian. Siti mengatakan, kasus ini harus dilihat secara akademik karena keberadaan enam kilogram sampah plastik di dalam perut ikan paus sangat signifikan.

photo
Menteri Siti Nurbaya yang didampingi Kepala Dinas Kehutanan Sumatra Selatan (Sumsel) Pandji Tjahjanto meninjau hutan kota Punti Kayu, Palembang, Rabu (21/11).
“Memang ada teorinya, paus kan makannya ubur-ubur. Plastik itu kan bening-bening mirip ubur-ubur lalu dimakan, katanya seperti itu. Itu yang sedang diteliti,” kata Siti.

Mantan sekretaris jendral Dewan Perwakilan Daerah (DPD) mengungkapkan, Presiden Joko Widodo sudah memerintahkan kepada Kementerian LHK dan beberapa kementerian dikoordinasikan Menteri Koordinator Kemaritiman untuk penanganan sampah laut, khususnya sampah plastik.

“Sampah laut itu asalnya dari darat, 80 Persen berasal dari darat. Oleh sebab itu kami menyebutnya sampah laut bukan sampah di laut. Penanganannya harus dari hulu ke hilir, mulai dari rumah tangga, industri dan sebagainya. Itu sudah ada rencana aksinya, mulai dari regulasi sampai kepada rencana-rencanannya,” ujar Siti Nurbaya.

Di Sumatra Selatan, Palembang dengan Sungai Musi, menurut Susi, termasuk di antara 26 kota yang diprioritaskan untuk selalu dilakukan pembersihan sampah di sungai dan pantai. “Ini akan terus diintesifkan. Sistemnya macam-macam, ada yang di sungai sebelum ke muara sudah dipasang jaring, jadi sampahnya tidak sampai ke laut,” katanya.

Sementara itu Kementerian LHK juga sudah meneliti di 18 sungai, tetapi hasilnya tidak sedahsyat seperti yang dipublikasikan di jurnal Science pada 2015. Dalam jurnal itu Indonesia disebut sebagai penyumbang terbesar kedua sampah plastik di lautan.

“Saya sudah minta penelitian diperluas dan harus diteliti lagi di berbagai pantai karena pantai kita luas sekali. Kita merencanakan pada 2025 masalah sampah di laut sudah bisa ditangani. Kita menghasilkan sampah plastik sekitar sembilan juta ton per tahun,” katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement