REPUBLIKA.CO.ID, PADANG ARO -- Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Solok Selatan, Sumatera Barat Harry Trisna mengatakan kebutuhan material kayu untuk proses revitatalisasi kawasan seribu rumah gadang di Nagari (desa adat) Koto Baru membutuhkan kayu sebanyak 685 meter kubik.
"Rumah gadang yang akan direvitalisasi sebanyak 35 unit dengan kategori kerusakan ringan, sedang hingga berat dan kayu yang akan digunakan untuk pengganti dengan kualitas terbaik dan ada 10 jenis yang ditetapkan", kata dia, di Padang Aro, Rabu (21/11).
Jenis kayu yang akan digunakan untuk revitalisasi rumah gadang sudah ditentukan, yaitu kayu jua, banio, timbalun, kruning, kuranji, kompe, meranti, surian, marsawa dan bayua. Untuk rumah gadang rusak berat sebanyak 17 unit dibutuhkan kayu 425 meter kubik, rusak sedang 240 meter kubik dan rusak ringan 20 meter kubik dengan berbagai ukuran dengan yang paling besar mencapai 20-30 sentimeter.
Pemerintah setempat, katanya, sudah berkoordinasi dengan Dinas Kehutanan Sumbar melalui UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Hulu Batanghari dan mereka sudah menjamin ketersediaannya. KPHL menyatakan potensi bahan baku kayu di Solok Selatan mencukupi untuk kebutuhan pekerjaan percepatan revitalisasi seribu rumah gadang sesuai dengan data izin usaha industri primer hasil hutan kayu.
"KPHL sudah menyatakan bahan baku kayu untuk revitalisasi mencukupi," katanya.
Dia menjelaskan, tahap perencanaan revitalisasi sudah selesai dan sekarang masih menunggu informasi dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk persiapan lelang. Masyarakat sekitar juga sudah siap menerima proses revitalisasi dan tidak ada lagi permasalahan dan mereka juga akan dilibatkan dalam proses revitalisasi.
"Dalam proses revitalisasi, masyarakat setempat akan dilibatkan seperti penggunaan tenaga lokal untuk pengerjaannya," ujarnya.
Aktivitas warga sedang memberishkan pekarangan rumah di kawasan seribu rumah gadang, Solok Selatan, Sumatera Barat.
Usulan rumah gadang dari masyarakat untuk direvitalisasi sudah lebih dari 50 unit tetapi yang akan diproses tahap awal sebanyak 35 unit sebab mereka sudah terdaftar sejak awal. Sisanya masih baru sehingga belum masuk dalam usulan ke kementerian.
"Untuk yang belum direvitalisasi kemungkinan kami akan mencarikan dana CSR perusahaan karena banyak yang berminat membantu," katanya.
Saat ini, ada tambahan dua unit rumah gadang yang dipersiapkan untuk direvitalisasi melalui dana CSR perusahaan. Kepala Bidang Tata Bangunan dan Jasa Konstruksi Dinas PUPR Solok Selatan Yance Bastian mengatakan, sekarang tahapan revitalisasi rumah gadang suda sampai akhir perencanaan dan rencananya Desember 2018 dilaksanakan proses tender.
"Tender dilaksanakan di pusat dan daerah menunggu hasilnya dan siapa pemenangnya," ujarnya.
Untuk tenaga tukang diutamakan yang di lokasi dan memenuhi sayarat sebagai tukang tuo sebab dalam pembuatan rumah gadang tidak bisa sembarangan sehingga ada kriteria tukangnya. "Sekarang di lokasi seribu rumah gadang ada sekitar 10 orang ditambah dari Kabupaten Solok dan Danah datar sebanyak 39 dan semuanya sudah di verifikasi oleh Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Batusangka," ujarnya.
Revitalisasi kawasan seribu rumah gadang diintruksikan langsung oleh Presiden Joko Widodo dengan anggaran Rp 110 miliar. Selain rumah gadang, juga dilakukan pembangungan sejumlah fasilitas pendukung, seperti area peristirahatan, parkir, dan menara pandang yang berada di luar kawasan yang kini telah menjadi cagar budaya. Proses revitalisasi akan dimulai pengerjaannya awal 2019 dengan target akhir tahun ini sudah merampungkan proses tender.