REPUBLIKA.CO.ID, SOLOK SELATAN -- Bupati Solok Selatan Muzni Zakaria Jumat (22/3) malam secara resmi membuka Festival Seribu Rumah Gadang di kawasan Seribu Rumah Gadang di Kota Muara Labuh, Kabupaten Solok Selatan. Muzni berharap pada Festival Seribu Rumah Gadang yang kedua ini, mereka dapat memperkenalkan semua budaya lama kepada seluruh masyarakat.
"Festival seribu rumah gadang ini adalah wadah untuk menampilkan kembali budaya adat istiadat lama yang dulu dilaksanakan pendahulu kita dengan sangat sempurna sekali," kata Muzni.
Sebelum pembukaan, Muzni bersama pemuka masyarakat mulai dari penghulu, niniak mamak, alim ulama, perwakilan pemerintah provinsi, perangkat daerah dan tokoh masyarakat berjalan dari gerbang kawasan Seribu Rumah Gadang. Mereka disambut dengan beraneka tarian, penampilan bela diri silat, nyanyian dengan diiringi musik rebana, rabab dan lain-lain.
Bupati Solok Selatan saat membuka acara Festival Seribu Rumah Gadang di kawasan seribu rumah gadang di Kota Muaro Labuh, Kabupaten Solok Selatan, Jumat (22/3) malam
Rombongan kemudian naik ke Rumah Gadang Tigo Lareh dimana acara pembukaan dilaksanakan. Sebelum Muzni membuka festival ini, mereka juga makan bajamba secara adat. Di mana sebelum dan sesudah makan diselingi dengan pidato adat atau sambah kato. Barulah setelah itu Bupati secara resmi membuka Festival Seribu Rumah Gadang (SRG).
Selama Festival SRG kali ini, kawasan Seribu Rumah Gadang akan dibentuk menjadi seperti dahulu kala. Sepanjang jalan ada lima titik musik tradisi, dan lima titik silat yang digunakan untuk menyambut para tamu dan di jalan.
Festival Seribu Rumah Gadang juga menghadirkan pelajar Taman Kanak-kanak dan diajak berkeliling kawasan serta mengunjungi empat museum pribadi untuk melihat benda-benda dan koleksi yang bernilai sejarah.
Sedangkan untuk tingkat SMP akan dibawa ke Istana Balun dan mereka akan belajar budaya dan sejarah yang ada di sana. Untuk tingkat SMA, mereka mengamati arak-arakan 10 tema budaya yang ada di Solok Selatan, mulai dari simpang Pasar Baru hingga Lapangan Bancah.
Selain itu juga ada penampilan kesenian di Panggung Anak Nagari dari berbagai sanggar dan komunitas. Terakhir, nantinya festival akan ditutup dengan kesenian memancuang alek dari Lubuak Malako yang akan diperankan oleh tujuh orang aktor.
Muzni berharap dengan kemeriahan Festival SRG ini, masyarakat terutama generasi muda tetap bisa melestarikan adat dan budaya Minangkabau terutama di Solok Selatan ini. Saat ini kata Muzni perkembangan teknologi dan informasi rentan untuk lunturnya adat dan budaya asli masyarakat.
"Dengan kemajuan teknologi budaya kita kian tersingkir. Ini kita tak mau," ujar Muzni.