Rabu 21 Nov 2018 19:03 WIB

Pemerintah Diminta Bersikap Tegas Soal Sampah Plastik

Sampah plastik mengganggu kehidupan ekosistem laut secara umum.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Andi Nur Aminah
Paus yang mati terdampar dan diketahui telah memakan banyak sampah plastik di laut.
Foto: CNN
Paus yang mati terdampar dan diketahui telah memakan banyak sampah plastik di laut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ditemukannya sampah 5,9 kilogram di dalam perut bangkai paus sperma di Wakatobi, Sulawesi Tenggara menjadi perhatian masyarakat. Salah satunya, aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Dwi Sawung yang menyarankan agar pemerintah segera membuat peraturan yang tegas terkait penggunaan plastik.

"Sebenarnya pembatasan plastik dulu saja. Misalnya, melarang penggunaan plastik sekali pakai. Sekarang kan belum. Kalau bisa sedotan dulu jadi bertahap," kata Dwi, saat dihubungi, Rabu (21/11).

Baca Juga

Pengurangan menggunakan sedotan dianggap penting karena benda plastik tersebut seringkali menyebabkan ekosistem laut terganggu. Hewan yang sering menjadi korban sedotan adalah penyu yang pertumbuhannya terhambat karena sedotan plastik.

Selain sedotan, pemerintah juga bisa membuat peraturan soal penggunaan kantong plastik. Misalnya, Dwi mengatakan, melarang penggunaan kantong plastik atau apabila menggunakannya harus membayar mahal. "Supaya penggunaannya jadi berkurang," katanya menjelaskan.

Menurut dia, pemerintah harus tegas mengatasi pencemaran ekosistem laut. Langkah tersebut, Dwi mengatakan, bisa bertahap agar tidak menimbulkan reaksi negatif dari perusahaan yang selama ini menggunakan plastik untuk produknya. "Kalau bisa sekarang pemerintah menegaskan mulai tahun depan enggak boleh lagi perusahaan menggunakan plastik bekas pakai. Atau misal 2020, 80 persen yang dilarang, tahun berikutnya baru 100 persen. Jadi bertahap," kata dia lagi.

Selain mengganggu hewan di laut, plastik juga mengganggu kehidupan ekosistem laut secara umum. Ia menyontohkan terumbu karang yang mati karena tertutup plastik atau pohon mangrove yang terganggu pertumbuhannya karena banyak plastik di sekitar akarnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement