Rabu 21 Nov 2018 16:14 WIB

Pengamat: Mayoritas Kampanye Pilpres 2019 Diisi Nyinyir

Ray menyarankan politisi mengadakan kampanye cerdas dengan membahas isu terkini.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Ratna Puspita
Pengamat politik Lingkar Madani, Ray Rangkuti
Foto: Republika/Bayu Adji P
Pengamat politik Lingkar Madani, Ray Rangkuti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Lingkar Madani (LIMA) Ray Rangkuti memandang kampanye Pilpres 2019 tak mendidik masyarakat dengan penyampaian visi misi. Selama ini, ia berpendapat kampanye hanya menjadi santapan emosional masyarakat saja.

Ray menyarankan politisi agar mengadakan kampanye yang cerdas dengan membahas isu teraktual. Khususnya, berdampak langsung dengan masyarakat seperti kemiskinan dan kesejahteraan.

"Belum ada makanan otak dari kampanye. Cuma makanan emosi saja. Agar pelaksanaan pemilu baik,politisi mulai kembali lah ke politik gagasan. Biar paham arah bangsa ini. Banyak isu penting," katanya dalam diskusi di Jakarta, Rabu, (21/11).

Ray memandang ada peluang perang diksi dan gimik dalam kampanye hanya strategi saja. Menurutnya, bila hal itu benar maka dampaknya pada perpecahan bangsa karena masyarakat makin terkotak-kotakan.

 

"Taktik kembalikan suasana seperti Pilgub DKI. Kalau benar ini strategi tapi malah blunder tuai kecaman karena efek Pilgub DKI seram,mencekam belah masyarakat Indonesia," ujar pengamat politik itu.

Ray menyebut kampanye kali ini hanya diisi pertarungan nyinyir. Padahal merujuk Pilpres 2014, kondisi seperti itu tak terjadi karena masih ada perang gagasan.

"Pilpres 2014, fitnah ada tapi otak diisi debat mereka. Sekarang paling 80 persen kampanye nyinyir, 20 persen ke otak kita," tegasnya. 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement