Korban selamat Yun Bin (63 tahun) mengatakan, ia dibawa ke salah satu ladang pembunuhan Khmer Merah. Orang-orang disiksa dengan kapak dan kemudian di buang ke dalam sumur bersama dengan yang lain. "Untuk memastikan tidak ada yang hidup, para prajurit melemparkan granat ke dalam sumur," ujar Yun Bin.
"Hari ini orang hanya peduli tentang bisnis, uang. Saya tidak ingin orang-orang melupakan apa yang pernah terjadi," tambah dia yang menambahkan namanya sebagai partai kecil di persidangan.
Berbicara setelah melaksanakan shalat di sebuah masjid di distrik Russei Keo Phnom Penh, Kop Math (64) menceritakan kebrutalan Khmer Merah kepada warga etnis Cham di Battambang. Ayah Math termasuk yang menjadi korban kekejaman Khmer Merah.
"Ayah saya menyelinap pergi untuk shalat, tetapi mereka melihat dia dan membawanya pergi untuk dibunuh," kata Math yang kehilangan 16 dari 20 anggota keluarganya, kemarin
Math mengunjungi persidangan yang kedua kali dalam kasus genosida Khmer Merah pada Kamis (15/6). Ia yakin pengadilan akan memberikan keadilan sejati kepada para korban.
Sa Rom Ly (62), seorang warga etnis Cham, juga hampir menjadi korban Khmer Merah. Ia berhasil selamat dari genosida di Kampong Cham dengan berpura-pura mengaku sebagai etnis Khmer. Ia yakin, Khmer Merah berusaha melenyapkan etnisnya.
"Khmer Merah ingin menyingkirkan Cham karena agama kami. Kami senang ECCC menggelar persidangan para pemimpin senior Khmer Merah karena persidangan itu dapat membantu menahan mereka untuk mempertanggungjawabkan tindakan mereka," kata dia. "Mereka pantas dihukum karena merekalah yang memerintahkan para kepala daerah untuk mengeksekusi orang-orang. Jika tidak, mereka akan dibunuh juga," tambah Rom Ly.