REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH -- Empat dekade telah dilalui. Selama empat tahun rezim Khmer Merah yang berhaluan komunis berkuasa di Kamboja. Mereka bertanggung jawab atas salah satu pembunuhan massal terburuk abad ke-20.
Rezim brutal tersebut dimulai pada 1975 hingga 1979 yang merenggut nyawa 1,7 juta warga Kamboja. Khmer Merah yang dipimpin oleh seorang Marxis, Pot Lot memaksa warga Kamboja ikut kerja paksa dalam proyek-proyek pertanian dan infrastuktur.
Pembunuhan, deportasi, perbudakan, pemenjaraan, penyiksaan, penghilangan secara paksa, pernikahan paksa serta pemerkosaan harus dihadapi masyarakat Kamboja saat itu.
Sebagian besar keluarga di Kamboja tewas akibat eksekusi mati, penyakit atau kerja yang berlebihan dan kelaparan. Seperti dilansir The New York Times, mantan pengawal Khmer Merah Mea Chrun menceritakan bahwa ia tinggal di perbukitan di Anlong Veng, utara Kamboja. Ia mengakui tahu fakta tentang pembantaian rezim tersebut.
"Saya pikir satu juta orang tewas," kata dia.
Baca juga, Masjid Al-Azhar dan Kejamnya Khmer Merah.
Pol Pot kala itu mendeklarasai dimulainya kembali kehidupan warga pada 'tahun nol'. Ia mulai dengan mengioslasi rakyat dari bagian kota, menghapus keuangan rakyat, kepemilikan pribadi dan agama serta mendirikan perkumpulan pedesaan.
Baca juga, Math Ayah Saya Dibunuh Khmer Merah Saat Ingin Shalat.
Siapapun yang dianggap sebagai orang terpelajar dalam jurusan apapun terbunuh. Sering kali orang ditangkap dan dikecam sebab memakai kaca mata dan mengetahui bahasa asing.
Etnis Vietnam dan Muslim Cham (minoritas Muslim yang melawan Khmer Merah) di Kamboja juga paling menjadi sasaran rezim tersebut. Muslim dipaksa makan daging babi serta pegawai negeri sipil dieksekusi dengan sengatan listrik.
Kemudian, ratusan ribu kelas menengah terdidik disiksa dan dieksekusi mati di pusat-pusat khusus. Tempat itu salah satunya yakin, penjara S-21 di Phnom Penh, Tuol Sleng. Sebanyak 17 ribu pria, wanita dan anak-anak dipenjara selama empat tahun rezim itu berkuasa.
Ratusan ribu orang lainnya meninggal sebab penyakit, kelaparan dan kelelahan akibat kerja paksa yang diinisasi anggota Khmer Merah. Seringkali remaja dipaksa melakukan pekerjaan yang di luar kapasitasnya.