Senin 12 Nov 2018 15:50 WIB

Kerusakan Hutan Jadi Masalah Serius NTB

Aparati diturunkan untuk mengawasi hutan.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Muhammad Hafil
Hutan gundul
Foto: Darmawan/Republika
Hutan gundul

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kepala Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Nusa Tenggara Barat (NTB) Madani Mukarom mengatakan kerusakan hutan menjadi persoalan serius. Dia menyampaikan,  total areal hutan di NTB yang rusak dan dalam taraf mengkhawatirkan berjumlah sekitar 896 ribu hektare.

Rinciannya, hutan virgin yang terbuka mencapai 580 ribu hektare. Sementara, sekitar 316 ribu hektare yang rusak akibat pertanian lahan kering guna ditanami jagung oleh masyarakat.

"Dari total 896 ribu hektare yang rusak itu, sekitar 35-40 persen diantaranya berada di wilayah Pulau Sumbawa kerusakan hutannya," ujar Madani di Kantor Pemprov NTB, Jalan Pejanggik, Kota Mataram, NTB, Senin (12/11).

Ia melanjutkan, kesadaran masyarakat dalam menjaga wilayah hutan juga dirasa masih sangat minim. Dia tak menampik adanya provokasi terkait adanya keuntungan berlebih guna merubah areal hutan produksi menjadi areal perkebunan kini masif terjadi. Ia menyebutkan, perusakan di Pulau Sumbawa tidak hanya menyasar kawasan hutan, melainkan juga areal perkebunan dan perbukitan yang sudah mulai gundul.

"Padahal masyarakat Pulau Sumbawa, mulai Kabupaten Sumbawa, Dompu, Kota Bima dan Kabupaten Bima dahulunya sangat gemar menanam kayu jati dan sengon," ucapnya.

Namun, lanjutnya. kebiasaan menanam ini mulai pudar karena provokasi perilaku dari menanam kayu menjadi menanam jagung sehingga, daerah yang dulunya hijau, kini berubah jadi perkebunan jagung. Terkait pengawasan terhadap pembakalan liar. Madani mengaku, pihaknya tetap melakukan sejumlah upaya pengawasan. Salah satunya menerjunkan tim terpadu bersama aparat kepolisan dan TNI AD selama ini, termasuk patroli rutin selama 24 jam.

"Namun, jumlah personil Dinas Kehutanan terbatas. Rasio petugas kita dengan areal hutan adalah 1:2.200. Itu artinya, seperti satu Kota Mataram, petugas kita hanya ada dua orang yang mengawalnya. Jadi, bisa kita bayangkan bagaimana kesulitan petugas kami di lapangan," ungkap Madani.

Dia menilai, banjir bandang yang melanda sejumlah dusun di dua desa di Dompu pada Jumat (9/11) sore hingga Sabtu (10/11) pagi lalu, tak lepas dari rusaknya hutan produksi di wilayah setempat. Madani menyebutkan, hasil foto udara yang dilakukan pihaknya terdapat sekitar 3 ribu pohon jati yang rusak dan dibabat di wilayah Kecamatan Kempo.

"Kalau di Dompu, memang banyak kasus pembakaran hutan, bahkan polisi juga dihadang oleh masyarakat. Jadi kalau sekarang terjadi banjir akibat hujan itu sangat wajar, karena memang daerah hulunya sudah rusak," kata dia menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement