Jumat 09 Nov 2018 18:42 WIB

Dua Orang Meninggal Dunia Akibat Hujan dan Longsor di Sumbar

Korban banjir terseret arus air sungai dan longsor.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
banjir, ilustrasi
Foto: BPBD Padang Pariaman
banjir, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,  PADANG -- Banjir kembali melanda sejumlah wilayah di Sumatra Barat setelah intensitas hujan yang mengguyur wilayah tersebut tak kunjung menurun selama sepakan terakhir. Akhir pekan lalu, banjir melanda Kota Padang, Kabupaten Limapuluh Kota, hingga Kabupaten Pesisir Selatan.

Hujan deras terus mengguyur hingga Rabu (7/11) lalu kembali mengakibatkan banjir di Kabupaten Pasaman Barat. Padahal wilayah itu sudah diterjang banjir pada awal Oktober lalu.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logsistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatra Barat, Rumainur, menyebutkan bahwa dua korban meninggal dunia terdiri tas satu orang warga yang hanyut oleh banjir di Pasaman Barat satu orang lagi korban bencana longsor di Kota Pariaman.

BPBD mencatat, korban banjir di Pasaman Barat adalah Ahmad (10 tahun) yang terseret arus air Sungai Batang Lapu Pegambiran, Kecamatan Parit Koto Balingka. Banjir juga membuat 100 keluarga mengungsi, dua rumah hanyut, satu mushala rusak, dan dua jembatan gantung rusak berat.

"Tubuh korban ditemukan sudah meninggal dunia di titik 600 meter dari lokasi hilang," kata Rumainur, Jumat (9/11).

Sementara di Kabupaten Pasaman, Tim SAR dan BPBD masih melakukan pencarian atas Johan (41 tahun) yang dilaporkan hanyut di aliran Batang Sumpu, Sungai Pandahan, Lubuk Sikaping. Sedangkan satu korban meninggal dunia lainnya adalah Sawitri (23 tahun) yang tertimpa longsor di Kota Pariaman, tepatnya di Desa Sintuak Nareh Kecamatan Pariaman Utara.

Tanah longsor yang terjadi di lereng bukit menerjang rumahnya. Selain Sawitri, dua korban luka-luka lainnya yang juga keluarga Sawitri, yakni Sri Wahyuni (16 tahun) dan Sharial (52 tahun) sudah dilarikan ke rumah sakit.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menambahkan, kerusakan fisik akibat longsor di Pariaman adalah satu rumah rusak berat. BPBD Kota Pariaman bersama TNI/Polri dan SAR telah melakukan pendataan dan evakuasi korban. Aparat dan warga setempat juga melakukan gotong-royong membersihkan material longsor. Tak hanya itu, Pemerintah Kota Pariaman juga memberikan santunan sebesar Rp 20 juta kepada keluarga korban.

"Penanganan darurat dilakukan dengan melakukan evakuasi, membagikan bantuan, mendirikan dapur umum dan pos darurat," kata Sutopo.

Sutopo mengimbau masyarakat untuk selalu meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi banjir, longsor, dan puting beliung. BMKG sebelumnya sudah memprediksi bahwa intensitas hujan akan terus meningkat sehingga potensi bencana juga meningkat.

"Jangan melakukan aktivitas saat cuaca mendung atau hujan. Cermati tanda-tanda potensi longsor di sekitar lereng perbukitan. Beberapa tanda potensi longsor adalah munculnya retakan, munculnya rembesan atau mataair, pohon miring, dan lainnya," katanya.

Bencana bajir dan tanah longsor yang terjadi di Sumatra Barat, ujar Sutopo, disebabkan curah hujan yang tinggi selama satu pekan terakhir. Meningkatnya curah hujan, lanjutnya, menyebabkan meningkatnya bencana hidrometeorologi. Meski belum semua wilayah Indonesia memasuki musim hujan, namun Sumatera dan Jawa bagian barat telah terjadi peningkatan hujan selama satu minggu terakhir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement