Kamis 08 Nov 2018 12:57 WIB

Polri: 51 Jenazah Lion Air Sudah Teridentifikasi

Tim DVI Polri sudah menerima 186 kantung jenazah dari tim SAR

Personel Basarnas dibantu TNI dan Polri mengusung peti jenazah korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 setibanya di terminal cargo Bandara Depati Amir, Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, Rabu (7/11/2018).
Foto: Antara/Ananta Kala
Personel Basarnas dibantu TNI dan Polri mengusung peti jenazah korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 setibanya di terminal cargo Bandara Depati Amir, Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, Rabu (7/11/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pihak Polri menyebut sudah 51 jenazah korban jatuhnya Lion Air JT 610 yang teridentifikasi oleh tim hingga H+11 sejak pesawat nahas itu hilang kontak pada Senin (29/10). Kabag Yaninfodok Divhumas Polri Kombes Pol Sulistyo Pudjo Hartono mengatakan dari total jumlah jenazah teridentifikasi itu terdiri dari 40 laki-laki dan 11 perempuan.

"Sampai hari ini, semalam penambahan tujuh orang. Sebanyak 44 tambah tujuh jadi 51 teridentifikasi," kata Kombes Pol Sulistyo di Jakarta, Kamis (8/11).

Tim DVI, kata dia, sudah menerima 186 kantung jenazah dari tim pencari dan penyelamat (SAR). Sementara data DNA sudah diambil dari 609 sampel guna dicocokkan kesesuaiannya.

Kombes Sulistyo mengatakan pemerintah melakukan pendampingan psikologi bagi sejumlah keluarga korban pesawat nahas Lion Air. "Kegiatan lain pendampingan psikologi sebanyak 173 keluarga korban. Ini diperlukan sebagai bentuk kepedulian," kata dia.

Terkait sudah 186 total kantung jenazah yang diterima Tim DVI, dia mengatakan bukan berarti angka itu menunjukkan jumlah mayat secara riil. Adapun istilah kantung jenazah itu merujuk pada paket temuan tim SAR yang tidak merujuk pada jumlah korban.

Alasannya, temuan itu bisa berupa potongan jenazah yang digabungkan dalam satu kantung. "Kantong jenazah tidak mewakili jumlah individu. Bukan berarti 186 kantong jenazah itu sebagai jumlah individu," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement