Selasa 06 Nov 2018 07:52 WIB

Rusak di 4 Penerbangan, Mengapa Lion PK-LQP Tetap Terbang?

Lion Air penerbangan JT-610 tidak meledak di udara.

Petugas menyemprotkan disinfektan ke puing-puing pesawat Lion Air JT-610 di Tanjung Priok, Jakarta, Senin (5/11).
Foto:
Petugas mengangkat puing dan korban pesawat Lion Air JT-610 di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (5/11).

Soerjanto mengungkapkan, sinyal CVR kini bahkan sudah tidak terdengar. "Jadi, dengan metode apa pun akan mencari CVR itu. Jadi, meskipun nanti Basarnas berhenti, kami tetap mencari CVR karena yang paling penting itu yang sekarang masih kita cari CVR," kata Soerjanto.

Dia menejelaskan, sinyal kotak hitam CVR sudah tidak ditemukan lagi sejak dua hari lalu. Soerjanto mengaku belum mengetahui mengapa hal tersebut bisa terjadi karena pihak pabrikan juga mengungkapkan hal tersebut tidak pernah terjadi sebelumnya.

Keterangan KNKT terbaru kemarin mengonfirmasi informasi yang diperoleh Republika dari seorang sumber internal Lion Air yang enggan dituliskan namanya dengan alasan mempertahankan pekerjaan. Sumber tersebut menuturkan, kendala teknis yang menimpa PK-LQP berupa masalah di dua bagian vital pesawat, yakni instrumen penunjuk kecepatan pesawat dan instrumen pengukur ketinggiannya.

Masalah tersebut tertulis dalam log maintenance penerbangan Denpasar-Jakarta pada Ahad (28/10) sebagai “IAS & ALT disagree shown after take off”. Dalam laporan itu, pilot dan kopilot yang menerbangkan PK-LQP dari Denpasar ke Jakarta saat itu adalah dua pria dengan inisial WM dan MF.

Ia memaparkan “IAS & ALT disagree shown after take off” adalah pemberitahuan dari teknisi bahwa ada dua instrumen yang bermasalah di pesawat tersebut setelah lepas landas dari Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali.

IAS adalah indicated air speed atau indikasi kecepatan mengudara, sedangkan ALT adalah altitude yang berarti ketinggian. Dua instrumen ini, berdasarkan dari catatan log maintenance tersebut, dinilai disagree shown yang berarti menunjukkan perbedaan dalam mencatat kecepatan dan ketinggian.

Kesimpulannya, kata sumber tersebut, dua instrumen itu tetap tidak akurat selama penerbangan dari Denpasar ke Jakarta meski sudah diperbaiki. Dalam penerbangan malam tersebut, pesawat register PK-LQP diduga terbang dengan kecepatan yang berbeda dengan yang terekam di dalam sistem pesawat. Begitu juga dengan instrumen ketinggian pesawat yang memiliki perbedaan antara instrumen pengukurnya dan ketinggian pesawat sebenarnya.

Pelaksana Tugas Kepala Teknik Lion Air Muhammad Rusli mengiyakan adanya kerusakan tersebut. Kendati demikian, menurut dia, perbaikan telah dilakukan.

Namun, mengenai bentuk perbaikan yang dilakukan, Rusli tidak menjawabnya. "Untuk itu, saya harus cek history-nya, harus saya cek ulang,” ujar Rusli.

Pertanyaannya, mengapa pesawat Lion Air PK-LQP yang sudah terbukti rusak berkali-kali ini boleh diizinkan terbang?

(muslim ar, ed: fitriyan zamzami)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement