REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sumpah Pemuda yang merupakan konsensus pemuda Indonesia dalam Kongres Pemuda Kedua yang diselenggarakan dua hari, 27-28 Oktober 1928 di Batavia harus menjadi peneguh persatuan pemuda sebagai spirit kemajuan bangsa Indonesia di masa mendatang.
Demikian di antara refleksi dan rekomendasi Rapat Pimpinan Nasional 2018 Syabab Hidayatullah yang diselenggarakan selama tiga hari, 26-28 Oktober 2018 bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda. Kegiatan tersebut diselenggarakan di Gedung BBPLM Ciracas, Jakarta.
“Pemuda sebagai entitas gerak dan insan cendikia serta tonggak perubahan mesti terus diingatkan dan disadarkan akan hal-hal strategis, agar mereka tidak dilenakan oleh kemajuan teknologi. Sehingga, kemunduran moral, integritas, dan inovasi menjadi terhambat,” kata Ketua Umum PP Syabab Hidayatullah Suhardi Sukiman dalam keterangannya di Jakarta, Senin (29/10/2018).
Suhardi mengatakan, dua dekade masa reformasi banyak hal yang patut disyukuri sekalipun masih banyak pula hal-hal yang mesti terus diperbaiki. Lebih jauh ia menerangkan, pemuda dalam sejarah Islam, sejarah dunia, dan sejarah Indonesia memegang peranan strategis dalam mewujudkan perubahan-perubahan fundamental dan masif.
Di zaman Nabi, jelas dia, Rasulullah menggembleng para pemuda di Darul Arqom. Dari pemuda yang dibina Nabi langsung itulah Islam menjadi kekuatan besar yang mewarnai jazirah Arab, bahkan dunia hingga saat ini.
“Mereka bukan saja pemuda yang cerdas secara intelektual tetapi juga tangguh dalam menghadapi beragam kesulitan dan tawaran menggiurkan asal mau menanggalkan iman. Mereka rela berkorban siang dan malam berupaya keras mewujudkan kemenangan gemilang,” kata Suhardi dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Senin (29/10).
Demikian pula dengan sejarah bangsa Indonesia yang berhasil meraih kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Suhardi menyebutkan, pada 17 tahun sebelum peristiwa mega penting itu, pemuda telah bersumpah untuk bertumpah darah satu, tumpah darah Indonesia, itulah Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 yang tahun ini diperingati tepat 90 tahun.
“Akan tetapi, itu adalah fakta yang menyejarah di masa lalu. Bagaimana dengan masa kini, akan seperti apa bangsa ini ke depannya. Dan, bagaimana para pemuda menyiapkan diri. Sungguh, hal yang tak kalah penting hari ini adalah bagaimana para pemuda bangsa, pemuda Islam mengenali jati dirinya sebagai kader bangsa, kemudian dapat dengan jernih melihat kondisi bangsa ke depan,” imbuhnya.
Terlebih secara sosial politik, lanjut Suhardi, para pemuda kini diperhadapkan dengan ketimpangan realitas, di mana korupsi kian merajalela dan perilaku negatif di media sosial kerap menjadi perbincangan media setiap hari. “Jika hal ini dibiarkan, maka bukan tidak mungkin, pemuda Indonesia yang semestinya menjadi garda terdepan pembangunan, justru menjadi beban bangsa dan negara,” ujarnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, pada momentum 90 tahun Sumpah Pemuda, Pemuda Hidayatullah menggelar Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) 2018 dengan tema “Pemuda Membangun Peradaban Bangsa”. “Pemuda harus menguasai sains dan teknologi, tetapi jangan melupakan eksistensinya sebagai hamba dan khalifah Allah yang berkewajiban menegakkan peradaban,” katanya.
Dia menerangkan, dalam kajian Syabab Hidayatullah, peradaban Islam adalah manivestasi iman di dalam seluruh aspek kehidupan. Artinya, terang putra Tolitoli ini, program peradaban yang diusung Syabab Hidayatullah lebih menekankan pentingnya moral, spiritual, intelektual dan integritas.
“Sehingga, ke depan lahir para pemuda yang tak sekedar cerdas dan profesional, tetapi juga santun, berakhlak dan beradab. Hadirnya sosok pemuda yang demikian adalah wujud dari eksisnya mata rantai Sumpah Pemuda yang terjadi pada 90 tahun silam,” katanya seraya menambahkan kala itu para pemuda tersebut bersumpah untuk berbangsa satu bangsa Indonesia.
“Maka saat ini, saatnyalah para pemuda bertekad bersama, berkomitmen tinggi, mewujudkan peradaban bangsa yang sesungguhnya, yang menjunjung nilai-nilai moral, spiritual, dan menjadikan budaya intelektual sebagai tradisi utama di dalam segenap sepak terjang kaum muda,” pungkasnya.
Dalam Rapimnas Syabab Hidayatullah 2018 ini juga dilakukan peluncuran Pesantren Mahasiswa Dai (Pesmadai) yang telah berjalan di Jakarta, Depok, dan Banten. Program mainstream Syabab Hidayatullah ini juga telah bergulir di wilayah-wilayah khususnya di kota-kota besar seperti Surabaya, Semarang, Samarinda dan Bengkulu.
Rapimnas dihadiri oleh pengurus PP Syabab Hidayatullah dan para fungsionaris PW Syabab Hidayatullah seluruh Indonesia. Selain refleksi tersebut, Rapimnas juga mengeluarkan rekomendasi tentang tahun Politik 2019 dimana Syabab Hidayatullah diantaranya menyerukan penyelenggaraan pemilu sejuk dan damai serta kontestasi yang mencerahkan, otentik dan tanpa hoaks.