Jumat 26 Oct 2018 08:02 WIB

Menengok Serunya Kampung Inggris di Lombok

Peserta wajib berbahasa Inggris dalam setiap percakapan dengan teman atau pengajar.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Agus Yulianto
Suasana Cake English Course (CEC) Kampung Inggris Pare di Kelurahan Punia, Kota Mataram, NTB, Kamis (25/10).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Suasana Cake English Course (CEC) Kampung Inggris Pare di Kelurahan Punia, Kota Mataram, NTB, Kamis (25/10).

REPUBLIKA.CO.ID, Jika mendengar nama kampung Inggris, mungkin pikiran kita langsung tertuju ke Kecamatan Pare di Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Nama Kampung Inggris di Pare memang sudah lama dikenal masyarakat Indonesia sebagai  tempat belajar bahasa Inggris secara intensif.

Tak hanya di Pare, model kampung Inggris juga ada di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), tepatnya di Jalan Abdul Kadir Munsyi, Nomor 17, Kelurahan Punia, Kecamatan Mataram, Kota Mataram, Nusa Barat (NTB).

Sebuah lembaga kursus dengan nama Cake English Course (CEC) Kampung Inggris Pare di Mataram ini ramai dikunjungi generasi muda di NTB setiap harinya untuk mengasah kemampuan mereka dalam berbahasa Inggris.

Seorang peserta kursus, Beril Muhammad (17 tahun) mengatakan, senang dengan model pembelajaran di CEC yang tidak terlalu kaku dan penuh kegembiraan. Pelajar kelas XI SMAN 4 Mataram ini mengaku ingin bisa berbahasa Inggris. 

Ia kerap menjumpai wisatawan mancanegara di Lombok dan ingin bisa berbincang dengan bahasa Inggris. "Ya seru saja kalau bisa bahasa Inggris, berguna juga buat pelajaran di sekolah dan menambah teman juga di sini," ujar Beril kepada Republika.co.id, di CEC Kampung Inggris Pare di Mataram, Kamis (25/10).

Hal senada juga diungkapkan, Damar. Pemuda berusia 26 tahun itu mengaku membutuhkan kemampuan bahasa Inggris untuk pekerjaannya sebagai desainer. Damar yang berasal dari Kecamatan Ampenan, Kota Mataram, mengaku kerap kesulitan berkomunikasi dengan calon kliennya yang datang dari berbagai negara. 

Damar menilai, metode pembelajaran bahasa Inggris di CEC juga sangat mengasyikan dan jauh dari kesan formal. "Intinya pekerjaan saya sangat butuh sekali bisa berbahasa Inggris, dan belajar di sini juga sangat seru, ya mudah-mudah bisa dengan lancar berbahasa Inggris harapannya," ucap Damar.

Pendiri CEC Kampung Inggris Pare di Mataram, Sigit Wijaya Abadi, merupakan alumnus dari kampung Inggris di Pare. Sigit ingin membagi pengalaman dalam metode pembelajaran bahasa Inggris yang lebih asik dan mudah dicerna.

Kata Sigit, belajar bahasa Inggris itu harus menyenangkan. Pengalamannya di kampung Inggris Pare menyadarkan dia bahwa bisa berbahasa Inggris bukan suatu hal yang mustahil bagi anak-anak Indonesia.

"Saya dulu benci banget sama bahasa Inggris. Saya belajar tidak bisa-bisa. Saya harus belajar dari mana, kalau ikut kurikulum, materinya pindah-pindah, itu karena dulu saya belum tahu caranya," kata Sigit.

Menurut Sigit, Lombok memiliki potensi besar dalam hal sektor pariwisata. Banyaknya wisatawan dari mancanegara mendorong sumber daya manusia (SDM) lokal mau tak mau meningkatkan keterampilan dalam berbahasa asing.

Sejak dibuka pada 2010, jumlah anggota di CEC sudah mencapai ribuan yang dibagi dalam setiap camp. Satu camp atau rombongan belajar akan belajar selama satu hingga dua bulan. Hingga Oktober 2018, jumlah camp di CEC sudah mencapai ke-64 camp. Satu camp bisa diikuti minimal 100 orang. CEC, kata Sigit, memberikan garansi kepada anggota dengan dua bulan mampu bisa berbicara bahasa Inggris.

Sigit menjelaskan, di lahan seluas 10 are yang terbagi dalam sejumlah ruang kelas, para peserta akan menjalani pembelajaran bahasa Inggris setiap hari, mulai dari pukul 05.30 Wita hingga 06.30 Wita, dan 16.30 Wita hingga 21.00 Wita. Hal ini bertujuan agar tidak menggangu kegiatan belajar mengajar di sekolah.

"Biasanya anak-anak pagi ke sini belajar, lalu dari sini langsung berangkat ke sekolah. Kita ingin mendorong anak-anak disiplin karena itu kunci utama," ucapnya.

Selain jam reguler, CEC juga menyediakan asrama putra dan putri bagi peserta yang ingin tinggal selama proses pembelajaran. Selama di asrama, peserta tak hanya belajar bahasa Inggris, melainkan juga adanya program lain seperti pengajian, bimbingan keagamaan, hingga pengembangan diri.

Yang menarik, CEC menerapkan area English di lokasi sehingga peserta diwajibkan berbahasa Inggris dalam setiap percakapan dengan teman atau pengajar. Pengunaan bahasa selain Inggris akan dikenakan denda tergantung banyaknya kata dalam setiap penggunaan selain bahasa Inggris. "Intinya jangan malu, pede aja, no crazy no exist," kata Sigit menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement