Selasa 23 Oct 2018 15:49 WIB

Efek Elektoral Kasus Ratna Terhadap Pasangan Capres-Cawapres

Kasus hoaks Ratna Sarumpaet dinilai mempengaruhi undecided voters.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Andri Saubani
Tersangka penyebaran berita bohong atau hoax Ratna Sarumpaet (kiri) dikawal petugas saat menjalani pemeriksaan di Dirkrimum Polda Metro jaya, Jakarta, Senin (22/10/2018).
Foto: Antara/Reno Esnir
Tersangka penyebaran berita bohong atau hoax Ratna Sarumpaet (kiri) dikawal petugas saat menjalani pemeriksaan di Dirkrimum Polda Metro jaya, Jakarta, Senin (22/10/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA terbaru menunjukkan kasus hoaks Ratna Sarumpaet memiliki efek elektoral terhadap masing-masing pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres). Suara pemilih yang belum menentukan pilihannya pada survei sebelumnya, kini lebih banyak yang mendukung ke arah pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin.

"Kasus hoaks penganiayaan Ratna Sarumpaet punya efek elektoral terhadap para capres," ujar peneliti senior LSI Denny JA, Ikram Masloman, dalam pemaparannya di kantor LSI Denny JA, Jakarta Timur, Selasa (23/10).

Survei tersebut menemukan, kasus hoaks Ratna menyebabkan adanya kenaikan sentimen positif terhadap pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin. Sedangkan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno terdampak sentimen negatif dari kasus hoaks yang sama.

Ikram menjelaskan, sebanyak 25 persen responden menyatakan, kasus hoaks itu membuat mereka lebih mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin. Sementara sebesar 17,9 responden menyatakan kasus ini membuat mereka lebih tidak mendukung Prabowo-Sandi.

Menurutnya, efek negatif yang lebih besar terjadi pada dukungan Prabowo disebabkan karena Ratna adalah salah satu tim kampanye nasional Prabowo. Diperkuat lagi dengan adanya konferensi pers Prabowo-Sandi dalam merespons berita hoaks Ratna.

"Kasus hoaks Ratna Sarumpaet merugikan Prabowo. Ada 17,9 persen publik yang menjadi lebih tidak mendukung," jelasnya.

Masih dalam survei yang sama, elektabilitas pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin juga masih unggul dari Prabowo-Sandi. Di mana pasangan nomor urut 01 mendapatkan 57,7 persen suara dan pasangan nomor urut 02 mendapatkan 28,6 persen suara. Sementara responden yang belum menentukan atau tidak menjawab sebesar 13,7 persen.

Secara umum, kata Ikram, survei LSI Denny JA menemukan, kasus hoaks penganiayaan Ratna tidak mengurangi dukungan atau elektabilitas terhadap pasangan Prabowo-Sandi. Naiknya sentimen negatif terhadap Prabowo-Sandilah yang menyebabkan pemilih yang belum menentukan pilihan cenderung memilih pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin.

Untuk hasil survei ini, LSI Denny JA melakukan pengumpulan data pada 10-19 Oktober 2018 dengan menggunakan metode multistage random sampling terhadap 1.200 responden. Mereka diwawancara secara langsung menggunakan kuisioner. Margin of error hasil survei ini sebesar kurang lebih 2,8 persen.

Baca juga

Tren Dukungan

Hasil survei LSI Denny JA terbaru juga menunjukkan adanya peningkatan tren dukungan terhadap pasangan Jokowi-Ma'ruf. Di sisi lain, elektabilitas pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno cenderung stagnan jika dibandingkan hasil survei sebelumnya.

"Tren (dukungan) Jokowi-Ma'ruf Amin meningkat, sementara Prabowo-Sandi stagnan," ungkap peneliti senior LSI Denny JA, Ikram Masloman, dalam pemaparannya di kantor LSI Denny JA, Jakarta Timur, Selasa (23/10).

Berdasarkan hasil survei tersebut, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin pada Oktober 2018 ini sebesar 57,7 persen. Angka tersebut meningkat 4,5 persen dari bulan September 2018, yakni 53,2 persen. Pada Agustus 2018, elektabilitas mereka sebesar 52,2 persen. Setiap bulannya elektabilitas pasangan nomor urut 01 ini mengalami peningkatan.

Untuk pasangan nomor urut 02, Prabowo-Sandi, elektabilitas mereka dalam tiga bulan terakhir cenderung stagnan atau tidak bergerak begitu jauh. Pada Agustus 2018, elektabilitas mereka sebesar 29,5 persen. Pada September 2018, elektabilitas mereka menjadi 29,2 persen. Hasil survei terbaru, Oktober 2018, elektabilitas mereka menjadi 28,2 persen.

"Efek elektoral hoaks Ratna Sarumpaet bukan mengurangi dukungan ke Prabowo, tapi yang belum memutuskan pilihan cenderung ke Jokowi," kata Ikram.

Pada survei kali ini, kata Ikram, ada dua segmen yang begitu terasa efek elektoralnya dari kasus hoaks Ratna, yakni segmen pendidikan dan pendapatan. Ia menjelaskan, ada dua alasan mengapa hal tersebut terjadi.

Pertama, kalangan terpelajar dan segmen menengah ke atas lebih banyak mengakses informasi, terutama media sosial. Kedua, kalangan terpelajar dan segmen menengah ke atas kurang menyukai pemimpin yang mudah terkecoh dan reaksioner.

"Jokowi yang tadinya kalah tipis di kalangan terpelajar kini unggul jauh akibat hoaks Ratna Sarumpaet. Di segmen pendapatan menengah ke atas, Jokowi yang tadinya unggul tipis, kini unggul lebih signifikan akibat hoaks Ratna Sarumpaet," kata Ikram saat membacakan simpulan survei.

Baca juga

Koalisi Prabowo-Sandi klaim tak terdampak

Terungkapnya kebohongan Ratna Sarumpaet memang berbuntut panjang bagi koalisi Prabowo Subianto - Sandiaga Uno. Tim pemenangan calon presiden nomor urut 02 ini pun harus terus mendapatkan panggilan dari kepolisian untuk dimintai keterangan sebagai saksi.

Namun, menurut penasihat hukum DPP PKS Zainuddin Paru, banyaknya panggilan yang diarahkan kepada para tokoh koalisi tidak mengganggu startegi kampanye. Justru menurutnya, berdampak positif bagi koalisi serta agar kasus segera selesai

“Insya Allah tidak terganggu, malah positif untuk segera selesai kasus ini,” kata Zainuddin kepada Republika dalam pesan tertulis pada Senin (15/10).

Karena lanjut Zainuddin, koalisinya juga menjadi korban atas kebohongan besar aktivis Ratna Sarumpaet (RS). Sehingga tentu saja pihaknya akan dengan senang hati memberikan keterangan dan berharap kasus segera menjadi terang.

“Agar semua menjadi terang dan karena kami, koalisi Adil Makmur pendukung Prabowo-Sandi adalah korban dari kebohongan RS ini,” ungkap dia.

Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiga meyakini, sikap ksatria yang ditunjukkan Prabowo dalam menyikapi kebohongan Ratna akan dinilai masyarakat luas. Koordinator Juru Bicara BPN Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, kasus ini sama sekali tidak menganggu elektabilitas Prabowo-Sandiaga.

"Justru kemudian kami punya keyakinan ini akan meningkatkan elektabilitas," kata dia di Hotel Santika, Depok, Jawa Barat, Jumat (5/10).

Ia menjelaskan, dengan kasus ini masyarakat mengetahui bahwa Prabowo adalah sosok yang humanis. Hal itu ditunjukkan dengan sikap empati dan simpati ketika mendengar kabar Ratna mengalami penganiayaan.

Menurut dia, Prabowo adalah sosok yang jarang berburuk sangka kepada siapapun dan suka menolong siapapun. "Walaupun akhirnya beliau dibohongi," kata dia.

photo
Kronologi Hoaks Ratna Sarumpaet

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement