Selasa 23 Oct 2018 08:08 WIB

Polda Telah Periksa Asisten Ratna Sarumpaet

Ahmad Rubagi itu diperiksa pada Senin (22/10) malam, dengan status sebagai saksi.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Bayu Hermawan
Tersangka penyebaran berita bohong atau hoax Ratna Sarumpaet (kiri)
Foto: Antara/Reno Esnir
Tersangka penyebaran berita bohong atau hoax Ratna Sarumpaet (kiri)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya telah memeriksa asisten tersangka kasus berita bohong atau hoaks Ratna Sarumpaet. Asisten bernama Ahmad Rubagi itu diperiksa pada Senin (22/10) malam, dengan status sebagai saksi kasus Ratna Sarumpaet.

"Sudah selesai (pemeriksaan) tadi jam 9 malam. Jadi yang dibicarakan, yang ditanya sama penyidik, hanya sebatas tentang penyampaian berita penganiayaan yang di Bandung," kata pengacara Rubangi, Akbar Alamsyah saat dikonfirmasi, Senin (22/10) malam.

Akbar menyebutkan kliennya tersebut dicecar sebanyak 35 pertanyaan oleh penyidik Ditreskrimum Polda Metro Jaya soal penyampaian informasi hoaks penganiayaan hingga operasi plastik Ratna di RS Bina Estetika.

"Hanya sekitar penganiayaan dan kemudian tentang kebenaran oplas Ibu di Bina Estetika, hanya sebatas itu saja. Enggak ada yang lain," ujarnya.

Rubangi ternyata sudah mengetahui jika Ratna berbohong terkait penganiayaannya pada 3 Oktober 2018 lalu sebelum konferensi pers. "Ahmad Rubangi beserta rekan-rekan di rumah, asisten Ibu Ratna, itu tanggal 3 Oktober pagi sekitar pukul 07.00, semuanya dikumpulkan di rumah, di rumahnya Ibu. Sebelum siang, sore harinya, Ibu mengadakan press conference. Jadi mereka semua tidak tahu. Jadi baru hari itu aja tanggal 3 tahu," kata Akbar.

Sebelum mengakui kebohongan, Ratna menceritakan soal penganiayaan itu kepada staf dan keluarganya. Alasan yang diceritakan Ratna kepada keluarga sama persis dengan alasan yang disampaikan saat jumpa pers pada 3 Oktober 2018.

"Karena dia khawatir akan pertanyaan dari anak-anaknya dan orang-orang di rumah dia. Jadi dia timbullah bahasa seperti itu, kan. Bahasa Ibu nggak tahu setan dari mana. Nah, akhirnya itu terbawa semakin menyeret dia lebih dalam," jelas Akbar.

Menurutnya, Rubangi bersama seluruh staf awalnya percaya mengenai kabar penganiayaan Ratna. Ketokohan Ratna menjadi salah satu faktor Rubangi mempercayai kabar tersebut.

"Oh iya, kita semua percaya karena dia salah satu tokoh. Artinya, kita berempati sama dia. Dan kita merasa bersedih dengan usianya sudah tua. Tapi kenyataannya seperti itu, Bagaimana lagi," katanya.

Para asisten dan rekan Ratna kaget saat mengetahui kabar penganiayaan ternyata hoaks. Rubangi kemudian menyarankan Ratna menggelar konferensi pers untuk mengklarifikasi soal penganiayaan itu.

"Sebelum tanggal 3, kan tahu seperti semua kita tahu. Sebelum tanggal 3, itu ada penyampaian berita bohong yang tadi. Pas tanggal 3 semua tercengang tapi duluan mereka yang tahu, sorenya kan kita tercengang. Kaget kita. Tapi sebelum kita semua pada tahu, salah satunya, pagi, Ahmad Rubangi dikasih tahu sama Ibu,” ujar Akbar.

Aktivis Ratna Sarumpaet ditetapkan sebagai tersangka atas kasus penyebaran berita bohong atau hoaks, yang dilakukannya pada Sabtu (21/9). Ia mengaku wajahnya lebam karena dianiaya orang tidak dikenal, hingga foto wajah lebamnya viral di media sosial dan diposting sejumlah politisi ternama.

Setelah mengakui kebohongannya, Ratna justru hendak pergi ke Chile dan diduga akan kabur walaupun sesungguhnya ia akan menghadiri sebuah acara di sana. Akhirnya Ratna dibawa ke Polda Metro Jaya sebagai seorang tersangka pada Kamis (4/10), dan ditahan di Rutan Polda Metro Jaya.

Atas kasus ini, polisi juga telah memeriksa sejumlah saksi seperti pihak Rumah Sakit Khusus Bedah Binda Estetika, Menteng, Jakarta Pusat, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia, Said Iqbal, Ketua Dewan Kehormatan PAN, Amien Rais, juga Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Asiantoro.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement