REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- DPP Partai Amanat Nasional (PAN) menginstruksikan kepada seluruh pengurus dan para caleg untuk memenangkan Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden pada Pemilu 2019. Pernyataan tersebut ditegaskan Sekjen Eddy Soeparno melalui keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Jumat (19/10).
“Kami ingin pemerintahan Prabowo-Sandi nantinya menjadi pemerintahan yang kuat dan efektif, karenanya harus didukung oleh legislatif yang juga kuat,” ujar Eddy, Kamis (18/10).
Kepada para kadernya, Eddy mengaku telah menginstruksikan seluruh pimpinan wilayah dan daerah di seluruh Indonesia untuk memenangkan paslon Prabowo – Sandiaga, selain memenangkan kursi legislatif di dapilnya masing-masing. Dalam Pemilu 2019, PAN menargetkan perolehan kursi minimal 60 kursi di DPR RI.
Eddy menambahkan, PAN bersama Cawapres Sandiaga Uno telah melakukan roadshow ke 50 kota di pulau Jawa. Roadshow PAN dipimpin langsung oleh Ketua Umum Zulkifli Hasan bersama Cawapres Sandiaga Uno di pulau Jawa berlangsung pada bulan September hingga Oktober 2018 menjadi catatan penting bagi PAN dalam menghadapi Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2019 mendatang.
“Roadshow dilakukan dengan mengunjungi lebih dari 50 Kabupaten/Kota dimulai dari Jawa Timur pada akhir September yang dilanjutkan Jawa Tengah di awal Oktober dan berakhir kemarin dengan Roadshow di Jawa Barat”, kata Eddy.
Eddy optimistis pasangan Prabowo - Sandiaga bisa memenangi pilpres 2019 mendatang lantaran disambut baik antusiasme dan kehebohan masyarakat di semua kota yang dikunjungi selama roadshow PAN bersama cawapres Sandiaga. Selain itu Eddy juga meyakini target legislatif juga bisa tercapai.
“Antusiasme masyarakat, dan pengurus di daerah membuat kami optimis target tersebut akan tercapai," imbuhnya.
Sebelumnya, saat menjadi narasumber dalam rilis survei Polmark Indonesia, Kamis (18/10), Eddy Soeparno mengakui sejumlah caleg PAN enggan mengampanyekan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Hal ini diketahui oleh Eddy dari pengakuan langsung caleg yang bersangkutan. Mereka menolak ikut mensosialisasikan Prabowo-Sandi karena tak sesuai dengan kehendak konstituen yang lebih mendukung pasangan calon nomor urut satu, Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
"Di antara caleg kita yang berjuang di daerah, 'mohon maaf ketum, mohon maaf sekjen. Tetapi di bawah, saya mungkin tidak bisa terang-terangan untuk berpartisipasi dalam pemenangan Pak Prabowo. Karena konstituen saya tidak sejalan dengan itu. Jadi mohon maaf'," kata Eddy.