Jumat 12 Oct 2018 13:19 WIB

Sandiaga Minta Doa dan Restu Sultan Hamengkubuwono X

Sultan berpesan untuk tetap menjaga Pilpres 2019 ini tetap damai.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Andri Saubani
Cawapres Sandiaga Uno menyampaikan pernyataan usai mengikuti Tabligh Akbar Majelis Rasulullah di Monas, Jakarta, Selasa (9/10).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Cawapres Sandiaga Uno menyampaikan pernyataan usai mengikuti Tabligh Akbar Majelis Rasulullah di Monas, Jakarta, Selasa (9/10).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Calon wakil presiden (cawapres), Sandiaga Salahuddin Uno mengunjungi kediaman Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengkubuwono X, Jumat (12/10). Dalam pertemuan tersebut, Sandiaga mengaku memohon doa restu kepada Sultan.

"Di Pilgub DKI juga sowan, mohon doa restu ke beliau (Sultan). Dan sekarang ada tugas baru di Pilpres 2019 ini. Beliau memberikan doa restu dan pandangan-pandangan beliau," kata Sandiaga usai bertemu dengan Sultan, Jumat (12/10).

Dalam pertemuan tersebut, Sandiaga membantah meminta dukungan kepada Sultan untuk maju dalam Pilpres 2019. Ia menegaskan, pertemuan tersebut hanya dalam konteks meminta doa restu. Sebab, Sultan sendiri, katanya, memiliki banyak pengalaman dalam hal kepemerintahan.  

"Saya tidak ada sama sekali pada tempatnya (meminta dukungan kepada Sultan)," katanya.

Ia mengatakan, Sultan juga telah memberikan doa restu kepadanya untuk maju dalam Pilpres 2019. Dalam pertemuan tersebut, lanjutnya, banyak hal yang dibicarakan. Mulai dari bagaimana pandangan Sultan dalam membangun bangsa, masukan-masukan dari Sultan, hingga pesan yang disampaikan oleh Sultan untuk membangun negeri.

"(Yang dibicarakan) Pandangan-pandangan beliau bagaimana merajut tenun kebangsaan ini. Bagaimana cita-cita pendiri bangsa ini untuk memastikan bahwa Indonesia terus menjunjung tinggi semangat Bhinneka Tunggal Ika," lanjutnya.

Sandiaga mengungkapkan, Sultan berpesan untuk tetap menjaga Pilpres 2019 ini tetap damai dan rukun serta tidak terpecah belah. Terlebih, dalam pilpres kali ini hanya ada dua calon yang maju.

"Dua calon ini diawal-awal terlihat cukup sejuk, bagaimana supaya itu dijaga terus. Jangan sampai nanti dipenghujung begitu eskalasi, kegiatan sosialisasi dan kampanye di masyarakat ini benturannya semakin meruncing," kata Sandiaga.

Ia mengaku, Sultan ingin semua masyarakat Indonesia untuk selalu bersatu. Walaupun masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku, budaya dan kepercayaan, hal tersebut lah yang menjadi keunikan bagi bangsa Indonesia. Dan tentunya, hal tersebut harus tetap dipertahankan.

"Keberagaman adalah aset kita, kita harus memastikan bahwa Indonesia jangan terpecah belah. Demokrasi itu tidak boleh ada yang merusak sendi-sendi dan kearifan bangsa kita. Demokrasi itu hanya merupakan alat atau kendaraan untuk menuju kemakmuran bangsa dan menuju keadilan,"lanjutnya.

Selain itu, Sandiaga dan Sultan juga membahas bagaimana menangani masalah terkait perekonomian yang terjadi di masyarakat. Mulai dari bagaimana langkah untuk membuka lapangan pekerjaan, hingga bagaimana mengatasi kenaikan harga bahan pokok agar terjangkau oleh masyarakat.

Pun bagaimana dengan penanganan bencana juga tak luput dari pembahasan keduanya. Sebab, saat ini Indonesia tengah dilanda bencana seperti gempa dan tsunami Palu beberapa waktu lalu dan juga gempa yang terjadi di Jawa Timur dan Bali, Kamis (11/10) kemarin. 

"Seperti 2006, beliau bercerita bagaimana pengendalian bencana di sini (DIY), dan menjadi model penanganan bencana gempa 2010. Penanganan bencana gunung merapi di sini juga menjadi model, bagaimana masyarakat ikut berpastisipatif dalam menangani bencana tadi," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement