REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Hari TNI 5 Oktober 2018 menjadi akhir bagi Jenderal Mulyono sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD). Sebab, pada Februari 2019, ia akan pensiun dari dinas militer.
Mulyono, perwira tinggi bintang empat aktif yang paling senior. Ia lulusan Akademi Militer (Akmil) 1983. Panglima TNI, dan dua kepala staf angkatan lainnya, merupakan adik kelasnya di Akabri.
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) 1986. Begitu juga dengan Kepala Staf Angkatan Udara, Marsekal Yuyu Sutisna. Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), Laksamana Siwi Sukma Adji, lulusan Akademi Angkatan Laut (KSAL) 1985.
Baik Yuyu maupun Siwi akan pensiun pada 2020. Sedangkan Hadi, pensiunnya masih tiga tahun lagi, Desember 2021. Sedangkan Kepala Polri, Jenderal Tito Karnavian, lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) 1987. Ia pensiun pada November 2022.
Terkait dengan akan pensiunnya Mulyono, perwira Korps Infanteri yang pernah menjadi panglima Kostrad ini, tentu akan ada regenerasi. Tongkat estafet kepemimpinan Angkatan Darat, sejak era modern pada 1983, berlangsung mulus.
Untuk menjaga ritme agar tidak terjadi turbulensi, biasanya penggantinya berasal dari satu-tiga tahun adik kelasnya di akademi. Kemungkinannya tentu saja, lulusan Akmil 1984, 1985, dan 1986.
Dari lulusan 1984, peluangnya memang tipis karena akan pensiun dalam kurun waktu satu tahun ini. Calon dari Akmil 1984 adalah Ediwan Prabowo, pensiun pada November 2019 dan Agus SB, pensiun September 2019.
Sedangkan dari Akmil 1985, calon kuatnya adalah Doni Monardo. Ia pensiun pada Juni 2021. Sementara Dodik Wijanarko dan Tri Legiono Suko, peluangnya tipis, karena belum pernah menjadi panglima Kodam. Dodik pensiun pada Februari 2021. Sementara, Tri Legiono pensiun pada Desember 2020.
Nah, untuk lulusan Akmil 1986, wakilnya cuma satu, Tatang Sulaiman. Tatang menjadi kandidat kuat karena perwira Korps Infanteri ini memiliki kedudukan sebagai wakil KSAD.
Penugasannya lengkap dari ujung Barat hingga ujung Timur Indonesia. Tatang pernah menjadi Kasdam Cendrawasih, Kapuspen TNI, Pangdam Iskandar Muda, dan Pangdam Diponegoro.
Ia menjadi orang kedua lulusan Akmil 1986 yang meraih bintang tiga. Sebelumnya, sudah ada Hinsa Siburian, lulusan terbaik 1986. Tatang menggantikan Siburian sebagai wakil KSAD, Siburian pensiun November 2017 lalu.
Tatang, lulusan terbaik Sesko TNI pada 2010 itu, memiliki peluang besar menjadi KSAD. Posisinya sebagai Wakil KSAD dianggap sebagai magang sebelum menjadi KSAD. Sebab, sejak era TNI modern 1983, ada tujuh KSAD yang sebelumnya menjadi Wakil KSAD.
Mereka adalah Try Sutrisno (1986), Edi Sudradjat (1988), Wismoyo Arismunandar (1993), Subagyo HS (1998), Endriartono Sutarto (2000), Djoko Santoso (2005), dan Moeldoko (2013).
Melihat karier KSAL Laksamana Siwi dan KSAU Marsekal Yuyu, keduanya lulusan 1985 dan 1986. Maka, kemungkinan besar KSAD pun dari Akmil 1985 atau 1986. Di sini, Doni dan Tatang yang paling berpeluang dari sisi senioritas.
Menyodok
Jika memaksakan dari lulusan Akmil 1987, kemungkinan akan terjadi turbulensi yang tidak diharapkan. Hal ini akan mengganggu ritme dan suksesi kepemimpinan yang mulus. Bahkan, bisa memunculkan matahari-matahari kembar.
Tentu agak berbeda dengan organisasi Polri. TNI lebih menghormati senioritas. Kasus Tito Karnavian (1987) yang melewati Budi Gunawan (1983) dan Budi Waseso (1984), memaksa kedua seniornya itu harus dipindahkan ke institusi di luar Mabes Polri.
Begitu juga dengan lulusan Akpol 1985, seperti Syafruddin, Suhardi Alius, dan Ari Dono Sukmanto, membuat Tito tidak leluasa.
Jika lulusan Akmil 1987 tetap dipaksakan, calonnya ada tiga. Calon kuat adalah Andika Perkasa. Namanya menjadi kontrovesi ketika Jokowi terplih menjadi presiden 2014.
Dua hari setelah pelantikan presiden, Andika langsung menjadi komandan Paspampres. Padahal, dia baru 8-9 bulan menjadi bintang satu dengan posisi Kadispenad.
Lulusan terbaik Seskoad 1999 bersama Juwondo ini , kariernya bak meteor. Dia hanya 3,5 tahun sebagai kolonel. Lalu brigjen hanya 8-9 bulan. Andika pernah menjadi pangdam Tanjungpura.
Kemudian langsung promosi sebagai komandan Kodiklatad. Hanya sekitar enam bulan, lalu menjadi Panglima Kostrad.
Seperti Wakil KSAD, Panglima Kostrad menjadi batu loncatan menjadi KSAD. Sejak 1983 hingga kini, tujuh KSAD, semula menduduki jabatan panglima Kostrad.