REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar seratusan mahasiswa mendeklarasikan Sentral Mahasiwa pro Joko Widodo-Ma'ruf Amin di posko pemenangan jalan Cemara pada Kamis, (11/10). Relawan mahasiswa Jokowi sepakat agar kampanye tak dilaksanakan di lingkungan kampus.
Koordinator Central Mahasiwa Pro Joko Widodo-Ma'ruf Amin Yusuf Ariyadi meminta paslon peserta Pilpres tak berkampanye di kampus. Sebab kampus masuk kategori zona netral dari politik.
"Mestinya kampus jadi lahan edukasi biar yang diceritakan pemimpin tidak hanya wacana saja. Perlu disosialiasikan, proses itu perlu didukung," ucap Yusuf kepada wartawan pada kegiatan itu.
Sentral Mahasiwa pro Joko Widodo-Ma'ruf Amin berpendapat capres atau cawapres di kampus tetap bisa berkegiatan di kampus. Sebab, mahasiswa perlu mendapatkan pengalaman langsung dari capres atau cawapres ketika menyampaikan pemikirannya.
"Datang ke wisuda, sidang senat sah saja beri sambutan. Akan tetapi, ketika kampanye, kami siap kasih kartu kuning atau kartu merah," katanya.
Sentral Mahasiswa pro Joko Widodo-Ma’ruf Amin juga tidak akan melakukan kegiatan kampanye di kampus meski beranggotakan mahasiswa. Sentral Mahasiwa pro Joko Widodo-Ma'ruf Amin akan bergerak dalam hal edukasi dan kegiatan seni.
"Kami tidak kumpulkan mahasiwa di kampus, tetapi gerakannya mahasiswa kampus diajak keluar lewat edukasi visi misi jokowi. Misalnya gerakan di Malang seperti festival gitu," ujar Yusuf.
Menurut Yusuf, mahasiswa yang bergabung dalam Sentral Mahasiswa pro Jokowi-Ma'ruf berasal dari 22 kampus di seluruh Indonesia, mulai dari Sumatra, Jawa, hingga Maluku. Mahasiswa yang bergabung dalam dalam Sentral Mahasiwa pro Jokowi-Ma'ruf berasal dari Universitas Brawijaya, UIN Syarif Hidayatullah, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Muhammadiyah Lampung.