Kamis 11 Oct 2018 04:07 WIB

Mardani Bersyukur Masih Diberi Kesempatan Hidup

Rumah Mardani yang belum lama berdiri hancur diterjang gempa Sulteng.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Indira Rezkisari
Suasana salah satu kawasan kota yang telah dialiri listrik pascagempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (10/10).
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Suasana salah satu kawasan kota yang telah dialiri listrik pascagempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (10/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandangan Mardani, warga Kabupaten Sigi, menerawang jauh saat mengenang bencana gempa, tsunami dan likuefaksi yang terjadi pada Jumat (28/9) lalu. Ia bercerita, hari itu ia beserta istrinya baru saja membeli beberapa kaleng cat dinding.

Rencananya, Sabtu (29/9) esoknya, ia hendak mengecat dinding rumahnya yang belum sempat ia cat, sejak berdiri awal tahun ini.

Baca Juga

"Sabtu kita mau warnai tembok, karena tunggu saya libur dan anak-anak libur, sejak rumah saya jadi, memang belum semua kita warnai, karena tunggu ada uang," ujar Mardani saat ditemui wartawan Republika.co.id di Bandara Mutiara Sis Aljufri, Kota Palu, lima hari pascagempa dan tsunami Palu.

Namun, rencana tersebut hanya tinggal rencana saat gempa berkekuatan 7,4 skala richter itu mengguncang Palu, Donggala, dan Sigi pada Jumat petang. Tak hanya itu, gempa juga merusak sebagian bangunan rumah Mardani yang belum genap setahun berdiri tersebut.

Bahkan, bangunan yang ia bangun dengan jerih payahnya bertahun-tahun tersebut sudah tidak bisa ditinggali Mardani dan keluarga. Mardani memilih bertolak ke Makassar, Sulawesi Selatan, bersama keluarganya. "Rusak, rusak sekejap, semua hanya titipan," ujarnya.

Muthia, istrinya, yang berada disamping Mardani pun menimpali suaminya, bahwa sesaat setelah gempa, ia menyadari kaleng-kaleng cat tersebut masih utuh.

"Mau buat apa cat-cat itu, tembok pun sudah runtuh, apa yang mau dicat, kalau dipikir-pikir mau sedih, tapi ya lucu juga, temboknya sudah tidak ada," kata Muthia.

Muthia juga mengenang, beberapa kolam ikan di samping rumahnya yang ikut terguncang saat terjadi gempa. Ikan-ikan di dalam kolam tersebut juga banyak yang mati.

"Ya sudah tidak ada semua," ujarnya pasrah.

Meski demikian, ia dan suaminya tetap mensyukuri, keluarganya selamat dari musibah tersebut. Meskipun keduanya kini harus memulai dari awal untuk kembali membangun istananya.

"Saya mau ke Makassar dulu untuk berobat, setelah normal kembali, kita segera kembali ke Sigi lagi," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement