Senin 08 Oct 2018 19:53 WIB

Guru di Petobo yang tak Tahu Bagaimana Nasib Muridnya

Semua berkas di sekolah inpres Petobo lenyap.

Foto udara pada Senin (8/10) memperlihatkan wilayah Petobo, Palu, Sulawesi Tengah yang mengalami likuivaksi (tanah bergerak) saat terjadinya gempa bumi dan tsunami pada 28 Oktober lalu.
Foto: Darmawan / Republika
Foto udara pada Senin (8/10) memperlihatkan wilayah Petobo, Palu, Sulawesi Tengah yang mengalami likuivaksi (tanah bergerak) saat terjadinya gempa bumi dan tsunami pada 28 Oktober lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Seorang guru di Sekolah Dasar Inpres Petobo Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, mengaku belum mengetahui kondisi peserta didiknya pascagempa 7,4 SR dan tsunami yang meluluhlantakan sebagian wilayah ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah itu, Jumat (28/9). Lebih dari 1.900 orang dilaporkan tewas akibat bencana tersebut.

"Belum diketahui kondisi dan keberadaan para siswa kami," ucap Asman Maratonji, guru Kelas III SD Inpres Kelurahan Petobo di Petobo, Kota Palu, Senin (8/10).

Asman mengaku siap melaksanakan tugasnya sebagai seorang guru di SD Inpres Petobo, walaupun masih dihantui kondisi trauma atas kejadian gempa-tsunami yang diikuti gerakan lumpur yang menggeser sarana-prasarana di daerah tersebut.

Akan tetapi, ia mengaku belum dapat memastikan kondisi bangunan dan mebel yang ada, apakah masih layak digunakan ataukah tidak. "Sekolah bangunannya retak. Apakah layak atau tidak," ujar Asman.

Baca juga, Bau tak Sedap dan Pencarian Berbahaya di Petobo.

Asman mengungkapkan, saat gempa disertai lumpur menghantam Kelurahan Petobo, tidak ada satu berkas atau selembar kertas mengenai kependidikan dan belajar mengajar yang dapat diselamatkan.

Dokumen-dokumen siswa dan dokumen mengajar yang ia bawa pulang ke rumah semuanya hilang tersapu lumpur. Padahal, kata dia, banyak berkas penting. Dan saat peristiwa itu, siswa baru selesai ujian tengah semester. Ujian tengah semester selesai pada hari Jumat yang petangnya dilanda gempa-tsunami itu. "Belum selesai memeriksa hasil ujian tengah semester, sudah hilang semua berkasnya," urai dia.

Dia berharap agar pemerintah dapat membantu pihak sekolah, sehingga bisa aktif kembali dan kegiatan belajar mengajar segera seperti biasa. "Ini agar anak-anak bisa mengejar pelajaran yang ketinggalan," sebut dia.

Semua tenaga kependidikan di SD Inpres Petobo berjumlah 18 orang terdiri dari guru, tenaga pustakawan, tata usaha, termasuk dengan guru kelas dan guru bidang studi.

Dari 18 tenaga kependidikan tersebut, 17 orang bertempat tinggal di Petobo, wilayah yang hilang, dan 1 di Desa Solofe Kabupaten Sigi. "Guru semua trauma berat. Sampai saat ini sekolah belum melakukan pendataan siswa-siswi di sekolah tersebut," kata dia.

Jumlah siswa SD Inpres Petobo semula terdata 163 orang

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement