REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam beberapa bulan terakhir, Indonesia mengalami dua bencana besar. Kinerja pemerintah dalam menangani bencana pun menjadi sorotan. Namun, isu bencana juga bisa menaikkan elektabilitas pejawat dalam kontestasi Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 2019.
Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) Djayadi Hanan menilai, Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden (capres) pejawat dapat meraih simpati dari masyarakat terdampak bencana. Meski begitu, menurut dia, dampak elektabilitas penanggulangan bencana tidak akan berpengaruh besar.
"Bisa. Tapi saya kira dampaknya tak akan panjang," kata dia di kantor SMRC, Cikini, Jakarta Pusat, Ahad (7/10).
Djayadi menjelaskan, ketika seorang pemimpin menangani bencana itu, dia juga tak bisa melarang lawan politiknya untuk membantu. Selain itu, penanganan bencana menjadi sangat tipis antara memiliki dampak politik dan hanya isu kemanusiaan.
"Tapi banyak contoh di mana politisi mendapat keuntungan dari kejadian bencana, langsung atau tidak langsung," kata dia.
Ihwal dampak penanganan bencana yang banyak dinilai lamban, menurut dia anggapan itu masih perlu dibuktikan. Pasalnya, Jokowi sebagai Presiden langsung datang ke lokasi kejadian tak lama setelah bencana terjadi.
Artinya, Djayadi melanjutkan, pemerintah punya alasan yang cukup untuk mengatakan mereka melakukan sesuatu. Faktanya, kata dia, pemerintah melakukan segala upaya yang bisa diperbuat.
"Soal lambat atau tidak itu soal persepsi. Saya kira pihak yang memang selama ini tak setuju dengan Jokowi akan menganggapnya lambat. Yang paling ngerti situasinya kan masyarakat di sana," kata dia.
Menurut dia, selama masyarakat di sana memahami pemerintah hadir, tak akan menjadi masalah bagi elektabilitas Jokowi. Pasalnya, bencana hadir bukan karrna direncanakan pemerintah, melainkan karena peristiwa alam.
"Paling orang mengeluh, tapi kita tak bisa menafikkan bahwa pemerintah hadir di sana," ucap dia.
Hasil survei terbaru SMRC menunjukkan calon presiden capres Jokowi masih unggul dibandingkan penantangnya, Prabowo Subianto. Berdasarkan jawaban spontan masyarakat, Jokowi meraih elektabilitas 47, 4 persen sedangkan Prabowo hanya 21,8 persen.