REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Perekonomian di Kota Palu, Sulawesi Tengah di hari kelima pascagempa mulai berjalan. Sejumlah pasar tradisional di kota itu mulai beraktivitas kembali karena mendapat pengawalan ketat dari personel TNI Angkatan Darat dibantu anggota Polri.
"Sudah mulai kita berjualan karena ada tentara yang menjaga keamanan. Sudah banyak pembeli membeli barang kebutuhan makanan," kata Desy pedagang pasar Inpres di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (4/10).
Menurut dia, hadirnya aparat di sekitar lokasi pasar membuat para pedagang lebih aman dari ganguan oknum orang tidak bertanggungjawab untuk mengambil hak yang bukan miliknya. Meski demikian, pasokan barang untuk di jual seperti sayur-mayur, kebutuhan bahan pokok dan pangan lainnya terus berkurang sehingga memengaruhi harga kebutuhan dasar.
"Harga tentu sedikit naik karena stok berkurang. Barang sedikit, peminat banyak maka akan berpengaruh dengan harga," ujarnya.
Warga dan pedagang melakukan transaksi jual beli di Pasar Manonda, Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (4/10).
Untuk harga sayur biasanya satu ikat di jual seharga Rp 3.000 tapi naik menjadi Rp 7.000. Begitupun harga cabai, tomat, serta cabai merah keriting juga ikut naik. Kendati harga naik, namun masyarakat tetap membeli kebutuhan pokoknya.
Di pasar sentral Kota Palu juga mulai terlihat banyak pedagang membuka lapaknya. Mereka merasa aman karena dijaga tentara bersenjata lengkap siap menghalau dan menangkapi oknum yang ingin mengacaukan sistem perekonomian yang mulai pulih.
"Aman pak, semua dijaga. Tentara sering berpatroli keliling pasar menjaga keamanan. Pembeli juga semakin ramai disini," kata Anwar salah seorang pedagang.
Pria Bugis asal Kabupaten Pinrang ini sudah lama berjualan di pasar tersebut. Sebelumnya, Kapendam XlII Merdeka Kolonel Infrantri, Thohir saat memberikan keterangan di Makorem 132 Tadulako, Palu, menegaskan telah dilakukan penambahan pasukan untuk mengamankan kota serta daerah terdampak gempa bumi disertai tsunami di Kota Palu, Donggala, Sigi, dan Parigi.
Menurutnya, penambahan pasukan tersebut untuk memperkuat sistem keamanan kota dan daerah terdampak gempa agar situasi dan kondisi menjadi lebih kondusif. Hal ini mengingat banyaknya perilaku oknum yang melakukan pelanggaran hukum menjarah bukan lagi makanan tapi barang-barang lainnya.
Prajurit TNI berjaga di depan toko milik warga di Pasar Masomba, Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (4/10).
Dengan jumlah tersebut maka pengamanan distribusi logistik, serta pengamanan Kota Palu dan daerah terdampak seperti Kabupaten Donggala, Sigi dan wilayah sekitar lainnya. Sedangkan jumlah awal pasukan yang ditempatkan di Sulteng sebanyak 2.650 personel dinilai belum mampu mengawal pemulihan pascagempa karena luasnya daerah yang terdampak gempa.
Pasukan yang diterjunkan berasal dari Batalyon Kesehatan 1 Devisi Kostrad, Batalyon Kesehatan 2 dari Devisi 2 Kostrad, Personel Kesehatan Kodam XIII Merdeka, Pasmar 1, Pasmar 2, Paskhas, Marinir, dan satuan Brigif 3 Kodam XIV Hasanuddin.