REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat (NTB) bersama masyarakat pariwisata NTB yang terdiri atas para pelaku usaha di bidang perhotelan, agen perjalanan wisata, hingga pramuwisata bahu-membahu memberikan bantuan kepada warga terdampak gempa. Salah satu bentuk bantuan yang akan diberikan adalah pembangunan hunian sementara (huntara) di Desa Senaru, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara, yang menjadi salah satu lokasi terdampak terparah akibat gempa.
Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu Muhammad Faozal mengatakan, Desa Senaru merupakan desa binaan dari Dispar NTB. Setiap organisasi perangkat daerah (OPD) di NTB mendapat tugas untuk mendampingi setiap desa dalam proses pemulihan pascagempa.
Faozal mengatakan, Senaru merupakan salah satu destinasi wisata, mengingat lokasi Senaru yang merupakan salah satu pintu masuk jalur pendakian Gunung Rinjani. Senaru juga memiliki potensi kekayaan budaya yang cukup khas, di mana terdapat sejumlah rumah penduduk yang menggunakan bangunan bambu atau kayu, yang pada gempa tidak mengalami kerusakan.
"Model huntara yang akan diserahkan ke warga Senaru menggunakan bahan dari bambu," ucap Faozal di Kantor Dispar NTB, Jalan Langko, Mataram, NTB, Rabu (3/10) malam.
Faozal menjelaskan, huntara yang akan dibangun sekira 120 unit, di mana satu huntara bisa ditempati tiga sampai empat orang anggota keluarga. Kata Faozal, model huntara dengan berbahan dasar bambu tak lepas dari banyaknya potensi bambu yang ada di wilayah Senaru.
"Selain itu, ke depannya Desa Senaru bisa juga menarik wisatawan dengan model rumah bambu yang InsyaAllah tahan gempa," lanjutnya.
Selain huntara, Dispar NTB juga membangunkan mushala dan juga aula besar yang juga menggunakan bambu untuk sarana ibadah dan pertemuan para kepala dusun dan masyarakat yang ada di Senaru.
Di lokasi yang sama, Kepala Desa Senaru, Isa Rahman, mengaku bersyukur atas bantuan huntara dari Dispar NTB dan para pelaku usaha wisata di NTB. Isa mengatakan, musibah gempa yang melanda Lombok membuat hampir 99 persen rumah warga dari total 1.552 kepala keluarga (KK) di Senaru mengalami kerusakan berat.
"Yang tidak rusak hanya 25 rumah tradisional karena struktur bangunan masih pakai rumah kayu dan bambu, tidak seperti rumah permanen," ujar Isa.
Isa menyambut positif bantuan huntara yang menggunakan bahan dasar bambu dan kayu. Dia mengaku akan melakukan sosialisasi tentang penggunaan bahan dasar bambu dan kayu sebagai bangunan rumah kepada warga terdampak gempa di Senaru.
"Itu yang coba kami akan sosialisasikan kepada masyarakat biar ada daya tarik dan juga upaya kita kembali ke alam," kata dia.
Isa melanjutkan, datangnya berbagai bantuan sedikit memberikan angin segar bagi warga Senaru yang hingga saat ini belum mendapatkan dana bantuan rehabilitasi dan rekonstruksi rumah dari pemerintah pusat. "Kita ada 15 dusun, ketika gempa kemarin ada lima warga meninggal. Sampai saat ini belum ada warga yang menerima buku tabungan dan jaminan hidup," ucapnya.
Baca juga, Pemkab Lombok Timur Alokasikan Rp 56 Miliar untuk Huntara