REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polri meminta agar masyarakat belajar dari kasus kebohongan kasus penganiayaan Ratna Sarumpaet. Dalam hal ini, masyarakat diminta lebih bijak dalam menyaring informasi.
Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Polisi Setyo Wasisto meminta masyarakat untuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial. Dalam kasus Ratna Sarumpaet ini, pertama kali kabar penganiayaan juga muncul di media sosial.
"Kalau tidak tau fakta yang sebenarnya janganlah menyebarluaskan. Kecuali ada niat tertentu," ujar Setyo, Rabu (3/10).
Setyo menambahkan, dengan menggunakan media sosial, maka masyarakat sudah dianggap sadar atas segala sesuatu yang diunggahnya atau dibagikan. Setiap unggahan akan berdampak pada masyarakat lainnya yang juga memiliki implikasi huku..
Apalagi, Setyo menambahkan, menjelang tahun pemilu, maka tokoh maupun masyarakat diminta lebih berhati-hati dalam menggunakan media sosial. Dikhawatirkan, penggunaan media sosial secara tidak tepat, seperti penyebaran hoaks dapat memperkeruh iklim demokrasi.
"Sangat mustahil kalau tidak tahu (penggunaan medsos) akan berdampak pada masyarakat. Dia menggunakan media sosial itu dia udah tau, atau sadar akan dampaknya," ujar dia menambahkan.
Terkait kasus Ratna sendiri, kepolisian melakukan pendalaman terkait kabar dugaan penganiayaan yang dialami Ratna Sarumpaet menyusul isu yang beredar di media sosial. Dalam kabar yang beredar, Ratna dipukuli tiga orang tak dikenal di sekitar Bandara Husein Satranegara, Bandung, 21 September 2018 setelah menghadiri konferensi internasional.
Berdasarkan penyelidikan polisi, pada tanggal 20 September 2018, Ratna mendaftar ke RS Bina Estetika, Menteng Jakarta. Lalu pada 21 September 2018, Ratna teregistrasi hadir di rumah sakit kecantikan tersebut hingga 24 September. Bandara Husein Satranegara juga tidak mencatat manifes penumpang bernama Ratna Sarumpaet.
Lalu, berdasarkan keterangan polisi, 23 rumah sakit di wilayah Ciamis dan sekitarnya menyatakan tidak menangani pasien bernama Ratna Sarumpaet. Kemudian soal konferensi internasional, Polisi juga memastikan tidak ada konferensi internasional pada tanggal Ratna mengaku dipukuli.
Belakangan Ratna pun mengakui bahwa ia berbohong pada sejumlah politikus terkait penganiayaan yang dialaminya. Di antara politikus yang menyampaikan bahwa Ratna dipukuli di antaranya, Prabowo Subianto, Fadli Zon, Sandiaga Uno, Dahnil Anhar dan lain-lain.
Baca juga: PK Gelar OTT di Ambon, Enam Orang Ditangkap
Baca juga: Kemenkominfo Bantah Sebut Bantuan FPI di Sulteng Hoaks