REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua pekan terakhir, Indonesia kembali diguncang bencana gempa bumi 7,4 skala richter (SR) di Sulawesi Tengah (Sulteng). Sehingga mengakibatkan banyak bangunan runtuh dan menimpa masyarakat setempat dan membuat mereka patah tulang (fracture).
Jika Anda masyarakat awam atau relawan non-medis dan menemukan korban selamat patah tulang, langkah-langkah penanganan darurat yang bisa dilakukan termasuk memasang alat yang dapat dipergunakan untuk mempertahankan kedudukan tulang yang patah (bidai). Dokter spesialis tulang rumah sakit (RS) Medistra dr Nadia Nastasia Ifran, SpOT mengatakan, ketika masyarakat awam menemukan orang patah tulang di lokasi bencana maka ia harus dibawa ke tempat aman, terbuka, dan di tempat tinggi karena bangunan yang tersisa bisa runtuh dan menimpa korban.
"Kemudian kalau ada bagian tubuh yang patah tulang tentu harus ditindaklanjuti dengan bidai. Bisa dengan kayu, tongkat, atau dengan majalah atau koran yang tebal di sekitar mereka," ujarnya saat ditemui Republika di RS Medistra, di Jakarta Selatan, Rabu (3/10).
Ia menyebut sudah ada beberapa kali teknik pembidaian yang diajarkan pada masyarakat awam. Tujuannya, kata dia, supaya mereka bisa membantu penanganan darurat saat dokter atau medis belum bisa hadir di lokasi apalagi saat kondisi bencana.
Setelah pembidaian, kata dia melanjutkan, kalau ada luka terbuka, maka bisa diatasi dengan mengekspose celana atau pakaian yang menutupi luka. Kemudian ketika terlihat ada darah, masyarakat bisa mencari kain yang kemudian ditekan di daerah luka tersebut sehingga pendarahannya tidak berlanjut.
Selanjutnya, luka ini terus ditutup. Yang tak kalah penting, ia meminta masyarakat jangan menggerak-gerakkan bagian tubuh korban patah tulang atau luka tersebut karena bisa membuatnya lebih parah.
"Kalau ada korban jatuh dan tertimpa bangunan dan anggota tubuhnya terlihat tidak normal, bisa langsung di bidai dan dipindahkan ke tempat aman dengan tandu," katanya.
Ia menyebut dalam kondisi gawat darurat, korban patah tulang memang idealnya dipindah dengan tandu. Kendati demikian, jika tidak ada tandu di daerah bencana, ia menyebut alat-alat seperti papan, daun pintu bisa dimanfaatkan supaya korban bisa dipindah dan segera mendapatkan penanganan medis lebih lanjut. N