REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan 3,8 juta jiwa penduduk Indonesia memiliki risiko terhadap ancaman bencana tsunami. Kawasan Indonesia Timur dinilai lebih rawan terhadap tsunami.
"Waktu untuk menyelamatkan diri hanya 30 menit hingga 40 menit. Karena itu, mitigasi bencana tsunami penting," kata Sutopo dalam jumpa pers terkait gempa dan tsunami Sulawesi Tengah di Graha BNPB, Rabu (3/10).
Sutopo mencontohkan gempa 7,8 Skala Richter diikuti tsunami 36 meter di Flores pada 12 Desember 1992 yang menyebabkan 2.600 orang tewas dan hilang. Jarak waktu antara gempa dengan tsunami hanya lima menit.
Singkatnya, waktu antara gempa dengan tsunami karena tsunami di Indonesia bersifat lokal. Artinya, sumber gempa pemicu tsunami berada di sekitar wilayah Indonesia.
"Kawasan Timur Indonesia lebih rawan tsunami, tetapi masih minim penelitian, sarana prasarana, sosialisasi dan mitigasi tsunami," jelasnya.
Selain gempa dan tsunami di Flores pada 1992, kejadian serupa juga pernah terjadi di Ambon pada 1674. Tercatat, 2.243 orang tewas akibat tsunami dengan ketinggian 80 meter hingga 100 meter.
"Antara 1629 hingga 2018, gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah, terdapat 176 kejadian tsunami besar dan kecil," katanya.
Sementara itu, penduduk Indonesia yang berisiko terancam gempa bumi sebanyak 148,4 juta jiwa. Gempa bumi berkekuatan 7,7 Skala Richter yang telah dimutakhirkan oleh BMKG menjadi 7,4 Skala Richter mengguncang wilayah Palu dan Donggala pada Jumat (28/9) pukul 17.02 WIB.