REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan, 61.867 jiwa mengungsi akibat gempa dan tsunami yang terjadi di Sulawesi Tengah (Sulteng) pada Jumat (28/9). BNPB menyatakan belum semua pengungsi mendapatkan pelayanan kebutuhan dasar dengan baik.
Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, layanan belum seluruhnya terpenuhi karena tim masih mengalami keterbatasan berupa logistik, bahan bakar minyak (BBM), dan lain-lain. Selain itu, pengungsi juga masih sangat membutuhkan keperluan lain seperti tenda, selimut, matras, pelayanan kesehatan, air bersih, sanitasi, hingga trauma healing.
Kendati demikian, ia mengatakan, layanan pengungsi sudah lebih baik dengan bantuan yang terus berdatangan. "Kami perlu waktu melakukan pelayanan, karena itu perbaikan dilakukan. Karena supply and demand mengalami gangguan. Perbaikan terus dilakukan," kata dia saat konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta Timur, Selasa (2/10).
Ia menambahkan puluhan ribu pengungsi tersebar dalam 109 titik dengan sebaran pengungsi di setiap titik bervariasi. "Ada yang 13 orang di satu lokasi, ada juga yang sampai 10 ribu orang," kata dia.
Sutopo menjelaskan, saat ini BNPB masih fokus pada enam hal dalam melakukan penanganan pascabencana. Pertama, pencarian dan penyelamatan korban.
Untuk langkah tersebut, ia menambahkan, sudah ada 16 alat berat di lokasi terdampak bencana. Jumlah alat akan terus berdatangan dari Mamuju, Gorontalo, Poso, dan Balikpapan.
Selain itu, ia mengatakan, ada 6.399 personel yang terdiri dari 3.169 TNI, 2.033 Polri, 1.086 kementerian/lembaga, dan 1.100 relawan. Ia mengatakan, masih banyak relawan yang dalam perjalanan untuk melakukan penanganan darurat.
Selain itu, ada alusista yang digunakan sebanyak dua KRI, tiga helikopter, dan lima pesawat. "Beberapa helikopter milik BNPB yang saat ini menangani kebakaran hutan, sebagian juga akan didorong untuk menangani keadaan darurat ini," kata dia.
Sementara itu, tenaga medis dan obat-obatan terus berdatangan. Saat ini, lanjut Sutopo, sudah didirikan rumah sakit lapangan.
Sebab, rumah sakit yang ada saat ini tidak dapat melayani. Lagi pula, ada sebagian pasien yang ingin dirawat di luar bangunan untuk mengantisipasi gempa susulan.
Prioritas kedua, yakni melakukan pemakaman jenazah yang sudah teridentifikasi. Ia mengatakan pemakaman massal pada Senin (1/10) dilakukan terhadap 153 jenazah kemarin di TPU Paboya dan beberapa TPU sekitar. "Hari ini disiapkan 15 truk dan 1.000 kantong mayat untuk pemakaman. Jumlah jenazah yang akan dimakamkan disesuaikan dengan kondisi," kata dia.
Untuk prioritas ketiga, Sutopo menyebutkan, percepatan pemulihan jaringan listrik. Menurut dia, dua dari tujuh gardu induk telah beroperasi, dua gardu lainnya sudah dicek dan dinyatakan aman, serta tiga dalam pemulihan.
Selain itu, jumlah personel PLN ditambah menjadi 371 orang untuk perbaikan gardu induk dan jaringan listrik. Sebanyak 12 alat berat berupa crane serta 30 genset telah berada di lokasi. "Rencana 162 genset akan dikirimkan," kata dia.
Prioritas keempat, Sutopo melanjutkan, yakni percepatan pasokan BBM. Saat ini, ia mengatakan, sudah tiba 10 mobil tangki BBM dari terminal Pare-Pare. Pasokan BBM akan dilakukan dari terminal Poso, Toli-Toli, Mountong, dan Pare-Pare.
Selain itu, Pertamina mengirimkan bahan bakar melalui pesawat khusus yang mebgangkut BBM. Sampai hari ini, kata dia, sudah 12 ribu liter solar dikirim menggunakan pesawat.
Prioritas kelima, distribusi logistik dan kebutuhan kepada pengungsi. "Bantuan dari jalur darat dikawal oleh TNI dan Polri," kata dia.
Ia mengakui, ada beberapa kejadian ketika penyaluran dari jalur darat dihentikan masyarkat di wilayah Pasangkayu. Sebab, masyarakat di sana juga terdampak.
Prioritas keenam, mempercepat perbaikan jaringan komunikasi. Sutopo menyebutkan, saat ini, Telkomsel, Indosat, dan XL, sudah beroperasi 49 persen di wilayah Sulteng. "Kami sudah bisa kontak dengan BPBD di lapangan," kata dia.