Ahad 30 Sep 2018 19:50 WIB

Peringati 9 Tahun Gempa, Warga Padang Selipkan Doa Buat Palu

Sembilan tahun lalu, gempa dengan magnitudo 7,6 Skala Richter (SR) terjadi di Sumbar.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Israr Itah
Ratusan warga Kota Padang, Sumatra Barat berkumpul untuk memperingati 9 tahun bencana gempa bumi yang terjadi pada 30 Oktober 2009. Dalam acara doa bersama ini, warga juga menyelipkan doa untuk korban gempa di Palu dan Donggala.
Foto: Republika/Sapto Andika Candra
Ratusan warga Kota Padang, Sumatra Barat berkumpul untuk memperingati 9 tahun bencana gempa bumi yang terjadi pada 30 Oktober 2009. Dalam acara doa bersama ini, warga juga menyelipkan doa untuk korban gempa di Palu dan Donggala.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Ratusan warga Kota Padang berkumpul di depan Tugu Gempa yang terletak di Belakang Tangsi, Ahad (30/9) sore, untuk memperingati bencana gempa bumi yang terjadi pada 2009 lalu. Tepat sembilan tahun lalu, gempa dengan magnitudo 7,6 Skala Richter (SR) terjadi di Sumatra Barat dan menewaskan lebih dari 1.200 orang. Tak hanya itu, bencana tersebut juga merusak 249.833 unit rumah, 153 unit sarana kesehatan, 58 unit pasar, serta 2.581 unit tempat ibadah.

Namun doa yang dipanjatkan dalam acara peringatan gempa 2009 kali ini sedikit berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kali ini, warga Kota Padang menyelipkan doa untuk keselamatan dan ketabahan bagi warga Kota Palu dan Kabupaten Donggala di Sulawesi Tengah yang baru saja ditimpa musibah. Sama-sama dilanda bencana gempa bumi, namun bencana di pesisir barat Sulawesi Tengah diperparah oleh gelombang tsunami. 

"Hari ini saya sarankan masyarakat Kota Padang untuk badoncek, menyisihkan uang untuk bantu saudara kita di Sulteng," jelas Wali Kota Padang periode 2004-2014 Fauzi Bahar, Ahad (30/9). 

Berkaca dari kepiluan yang pernah dirasakan warga Sumatra Barat saat bencana gempa 2009 lalu, Fauzi ingin masyarakat juga bahu-membahu membantu korban gempa di Sulawesi Tengah. Ia menceritakan, pulihnya kehidupan sosial masyarakat padang pascagempa juga didorong oleh banyaknya bantuan yang datang saat itu. 

"Betapa hati kita senang dulu saat orang berikan bantuan kepada kita. Hal ini kita bagi kepada saudara kita di Sulteng. Dan masyarakat Padang yang pernah alami hal yang sama, turut berduka," katanya. 

Fauzi mengisahkan, proses pemulihan pascabencana juga sangat terbantu oleh peran para perantau asal Minang yang tersebar di Indonesia. Saat bencana terjadi pada 2009, ramai-ramai para perantau 'iuran' untuk membantu kembali pembangunan di Sumatra Barat. Ia memandang, hal ini bisa juga diterapkan di Sulawesi Tengah yang baru saja dilanda bencana. 

"Kita recovery sekitar tiga tahun dan itu bahu membahu masyarakat Kota Padang beserta perantau. Pemerintah pusat perhatiannya saat itu luar biasa," katanya. 

Bencana gempa bumi yang terjadi di Sumatra Barat pada 2009 lalu masih lekat di ingatan warganya. Setidaknya, kerugian yang tercatat saat itu mencapai Rp 12 triliun, dengan biaya pemulihan senilai Rp 11 triliun. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement