Ahad 30 Sep 2018 05:52 WIB

BNPB: Sadar Bencana Belum Jadi Perilaku Masyarakat

Sutopo mengatakan pengetahuan masyarakat terhadap bencana cenderung meningkat.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Bayu Hermawan
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menilai, pengetahuan bencana belum menjadi perilaku masyarakat Indonesia. Menurutnya, hal itu ditunjukan dengan masih banyaknya masyarakat yang merekam video di dekat pantai ketika tsunami menerjang Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng), pada Jumat (28/9).

Sutopo menjelaskan, pengetahuan masyarakat Indonesia cenderung meningkat sejak kejadian gempa dan tsunami di Aceh pada 2004. Namun, pengetahuan itu belum menjadi sikap dan perilaku. "Artinya apa? Perilaku kita sehari hari belum selalu mengkaitkan dengan ancaman bencana yang ada," katanya, Sabtu (29/9).

Sutopo mencontohkan, dalam video yang beredar melalui media sosial (medsos) yang merekam kejadian tsunami di Kota Palu dan Kabupaten Donggala, masih banyak masyarakat yang melakukan aktivitas di pantai. Menurut dia, perilaku itu disebabkan beberapa hal. Salah satunya, kata dia, kemungkinan masyarakat tidak tahu ada peringatan dini tsunami. Namun, yang lebih ironis, masyarakat tetap melakukan ektivitas meskipun tsunami pertama telah menerjang.

"Dan tsunami datangnya tidak hanya sekali, dia sekali menerjang datang lagi berkali kali, mutar balik begitu," kata dia.

Namun, Sutopo yakin, mitigasi bencana sudah dijalankan meski tak sempurna. Artinya sosialisasi, gladi evakuasi, dan pelatihan mengenai bencana, setidaknya berhasil menekan angka korban jiwa.

"Inginnya kita zero victim, tetapi ada korban. Coba kalau gak dilakukan (mitigasi), korbannya bisa bertambah banyak. Artinya mitigasi adalah meminimalisir dampak," katanya.

Ia mengklaim, pemerintah melalui BNPB dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) telah menyiapkan jalur evakusi dengan memasang banyak rambu. Selain itu, latihan dan gladi resik juga sering dilakukan.

Pada 2012, kata dia, gladi nasional ditempatkan di Kota Palu. Selain itu, setiap tahun, ada sekitar 1.500 masyarakat Kota Palu dan Kabupaten Donggala melakukan gladi evakuasi menghadapi gempa dan tsunami.  Namun, Sutopo mengatakan, ketika bencana terjadi, secara psikologis manusia akan panik.

"Apalagi rumah roboh, anggota keluarga terkena, kadang lupa kita. Karena itu yang namanya gladi, sosialisasi, itu harus dilakukan setiap tahun," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement