Kamis 27 Sep 2018 16:39 WIB

Pedagang Ayam Keluhkan Kenaikan Harga di Mataram

Akibat naiknya harga itu, berimbas pada penurunan penjualan harga ayam potong.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Andi Nur Aminah
Pedagang menyiapkan ayam yang dijualnya (ilustrasi)
Foto: Antara/FB Anggoro
Pedagang menyiapkan ayam yang dijualnya (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Para pedagang ayam potong dan telur di Pasar Kebon Roek, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) mengeluhkan naiknya harga ayam potong dan telur. Pedagang ayam potong di Pasar Kebon Roek, Ani, mengatakan terjadi kenaikan harga ayam potong dari Rp 25 ribu per kilogram (kg) pada pekan lalu menjadi Rp 32 ribu kg pada Kamis (27/9).

Warga Kampung Banjar, Kecamatan Ampenan, Mataram, pun mengaku akibat naiknya harga itu, berimbas pada penurunan penjualan harga ayam potong. "Saya biasa jual sampai 400 ekor, sekarang hanya 300 ekor, karena mahal jadi enggak ada orang yang berani beli, sepi. Mending murah harganya tapi ramai (pembeli)," ujarnya kepada Republika.co.id di Mataram, NTB, Kamis (27/9).

Pedagang ayam potong lainnya, Hilmiah, mengungkapkan hal serupa. Hilmiah mengatakan, kenaikan harga ayam potong terjadi secara bertahap, mulai Rp 25 ribu per kg menjadi Rp Rp 30 ribu per kg, dan saat ini sudah berada di angka Rp 32 ribu per kg. "Dari sananya sudah mahal, sekarang susah jualnya karena mungkin mahal," ucap Hilmiah.

Penjual ayam potong dari Kampung Bugis, Ampenan, Idah, juga mengatakan hal senada. Idah mengatakan harga jual ayam potong sebesar Rp 32 ribu per kg membuat dagangannya sepi dari pembeli. Pada hari-hari normal, sebelum ada kenaikan harga, Idah banyak pelanggan yang membeli ayam potong minimal lima kilogram. Namun kini, paling-paling hanya setengah kilogram.

"Kalau dulu tidak sampai sore juga sudah habis, sekarang susah. Mungkin karena dampak gempa kemarin jadi masih jarang yang belanja," kata Idah.

Sementara pedagang telur di Pasar Kebon Roek, Suhah, juga mengeluhkan kenaikan harga. Ia mengatakan harga telur yang ia jual sebesar Rp 40 ribu sampai Rp 41 ribu per tray. Dia menilai, hal itu mengalami kenaikan dibanding hari-hari sebelumnya yang berada di kisaran Rp 37 ribu per tray sampai Rp 38 ribu per tray.

Warga Ampenan Utara ini mengaku ada sedikit penurunan dari segi penjualan. Selain adanya kenaikan harga telur, Suhah memperkirakan dampak bencana gempa yang menjadi salah satu alasan melesunya belanja masyarakat. "Sekarang memang agak sepi karena mungkin habis bencana, harapannya turun harganya supaya terjangkau orang belanja, kan kondisi bencana juga," ungkap Suhah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement