Selasa 25 Sep 2018 13:34 WIB

Banyak Warga Tasik yang Belum Miliki Sanitasi Aman

Mayoritas pembuangan tidak disalurkan ke septic tank.

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Friska Yolanda
Suasana bantaran Sungai Ciloseh yang penuh dengan berbagai limbah dan  sampah. Mayoritas masyarakat di kawasan tersebut belum memiliki sanitasi  aman.
Foto: Republika/Eric Iskandarsjah Z
Suasana bantaran Sungai Ciloseh yang penuh dengan berbagai limbah dan sampah. Mayoritas masyarakat di kawasan tersebut belum memiliki sanitasi aman.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Tasikmalaya memiliki slogan sebagai Kota Resik. Namun, sampai saat ini, masih ada sejumlah masyarakat yang belum memiliki sanitasi aman. Salah satunya adalah masyarakat di Kelurahan Panyingkiran, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya. 

Ketua RW 8 Kelurahan Panyingkiran, Idah Saidah mengatakan, dalam RW 8, terdapat sekitar 190 kepala keluarga (KK). Namun, mayoritas KK tersebut belum memiliki sanitasi aman. “Hanya belasan KK saja yang telah memiliki septic tank,” kata Idah saat dijumpai di lingkungan Kelurahan Panyingkiran, Selasa (25/9).

Meskipun seluruh masyarakat telah memiliki jamban, mayoritas saluran pembuangan tidak ditampung dalam septic tank. Pembuangan disalurkan melalui pipa ke Sungai Ciloseh yang melintas di tepian RW 8.

Tak heran, kawasan tersebut pun dicap sebagai kawasan kumuh mengingat banyaknya limbah yang mencemari sungai tersebut. Berdasar pantauan di sekitar Sungai Ciloseh, sungai selebar 10 meter yang berbatasan langsung dengan rumah warga itu juga banyak terlihat tumpukan sampah.

“Sampah berasal dari warga setempat dan kiriman dari wilayah lain,” kata dia. Artinya, sungai tersebut dipenuhi akan berbagai limbah mulai dari limbah rumah tangga, limbah sanitasi serta sampah rumah tangga.

Padahal, lanjutnya, mayoritas masyarakat menggunakan sumur sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Sehingga, air dalam sumur tersebut berpotensi tercemar resapan dari air Sungai Ciloseh.

Meskipun, menurut Idah, selama ini, penyakit diare dan penyakit kulit jarang terjadi di wilayah tersebut. Namun, ia berharap agar masyarakat dapat lebih peduli terhadap lingkungan. Sehingga, Sungai Ciloseh dapat terhindar dari berbagai macam limbah.

Kepala Seksi Lingkungan Puskesmas Parakanyasag, Yadi Budi mengatakan, memang sampai saat ini belum terlihat adanya korelasi antara keadaan sanitasi di Kelurahan Panyingkiran dengan jumlah penderita diare dan penyakit kulit. “Mengingat, diare juga disebabkan oleh beberapa faktor lain seperti pola asupan makanan,” kata Yadi.

Namun, lanjut dia, Puskesmas tetap melakukan berbagai upaya untuk mendorong agar masyarakat dapat meningkatkan kesadaran akan sanitasi yang aman. Sehingga, dengan adanya sanitasi aman maka dapat tercapai linkungan yang nyaman dan bersih dari limbah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement