Ahad 23 Sep 2018 00:32 WIB

TKN Jokowi-Maruf: Kiai Ma'ruf Mundur untuk Jaga Khittah NU

Langkah mundur sesuai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) PBNU.

Rep: Fauziah Mursid / Red: Ratna Puspita
Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily.
Foto: Humas DPR RI
Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Ace Hasan Syadzily, menilai keputusan mundur Kiai Ma'ruf sebagai rais aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) adalah langkah yang tepat. Ace menyebut langkah tersebut sesuai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) PBNU.

"Sikap beliau mundur sebagai Rais Aam Syuriah NU juga sebenarnya untuk menjaga khittah NU. Jadi, ini langkah tepat yang dilakukan Kiai Ma'ruf," ujar Ace saat dihubungi wartawan, Sabtu (22/9).

Ace pun menilai mundurnya Kiai Ma'ruf dari rais aam PBNU tidak kemudian membuat dukungan warga Nahdliyin kepada pasangan Jokowi-Ma'ruf berkurang. Ia tetap optimistis dukungan warga Nahdliyin akan mengalir ke pasangan yang mendapat nomor urut satu tersebut.

"Bukan berarti dukungan NU akan berubah. Di antara dua Pasangan Capres dan Cawapres 2019, hanya Kyai Ma’ruf Amin lah yang memiliki keterkaitan dengan NU baik secara struktural maupun kultural," kata Ketua DPP Partai Golkar.

Baca Juga:

Wakil Ketua TKN Jokowi-Ma'ruf, Arsul Sani, juga meyakini suara warga Nahdliyin akan bulat mendukung Kiai Ma'ruf di Pilpres 2019. Menurut Arsul juga, suara warga Nahdliyin tidak akan terpecah seperti Pilpres 2004.

Arsul beralasan pendapat tersebut karena hanya ada satu sosok yang mewakili nahdliyin dalam kontestasi Pilpres 2019. "Jadi, nggak khawatir kami, ketika dalam kontestasi hanya ada satu nahdhiyin dan itu adalah sosok yang tadonya menjabat pemimpin tertinggi di NU, maka suara NU justru akan membulat, ini berbeda dengan Pilpres 2004 dimana ada 3 tokoh NU yang berkontestasi," kata Arsul.

Kiai Ma’ruf Amin secara resmi meletakkan jabatannya sebagai rais aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Hal itu diumumkannya pada kesempatan rapat pleno PBNU di kantor pusat PBNU, Jakarta Pusat, Sabtu (22/9).

Meski mundur dari rais aam, nama KH Ma’ruf Amin tetap tercantum di jajaran Dewan Penasihat (Mustasyar) PBNU. “Selepas beliau (Kiai Ma’ruf) lepas rais aam, (maka menjadi) mustahsyar PBNU. Jadi beliau masih jadi pimpinan kami,” ucap Ketua PBNU Robikin Emhas yang mendampingi Kiai Ma’ruf, Sabtu (22/9).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement