Kamis 20 Sep 2018 17:14 WIB

Raja Juli Heran Prabowo Bisa Tetap Didukung Ijtima' Ulama

Raja Juli menilai isu SARA tidak akan berhasil di Pilpres 2019.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Andri Saubani
Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF-U) Yusuf Muhammad Martak (tengah) bersama bakal calon presiden Prabowo Subianto (kanan) didampingi Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon (kiri) menunjukkan naskah pakta intregitas yang telah ditandatangani dalam acara Ijtima Ulama II dan Tokoh Nasional di Jakarta, Minggu (16/9).
Foto: Antara/Nando
Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF-U) Yusuf Muhammad Martak (tengah) bersama bakal calon presiden Prabowo Subianto (kanan) didampingi Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon (kiri) menunjukkan naskah pakta intregitas yang telah ditandatangani dalam acara Ijtima Ulama II dan Tokoh Nasional di Jakarta, Minggu (16/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Sekretaris Tim Kampanye Koalisi Indonesia Kerja (KIK) Raja Juli Antoni menuding Prabowo Subianto tidak amanah. Hal itu menyusul dilanggarnya kesepakatan Ijtima' Ulama I soal pencalonan cawapres pada Pilpres 2019 oleh Prabowo.

Raja mengaku heran mengapa hasil keputusan Ijtima' Ulama II masih mendukung Prabowo. Padahal kalau merujuk ajaran Islam, orang yang melanggar amanah terbilang berdosa. Ia meragukan motif peserta Ijtima Ulama' II mendukung Prabowo.

"Bila pemimpin dikasih amanah harus jaga. Ijtima' ulama ada amanah tapi dikhianati Prabowo. Kalau dikasih amanah khianatin kok masih dukung? Lihat framenya politik atau agama," katanya di Posko Pemenangan jalan Cemara, Kamis (20/9).

Raja merasa heran dengan kegiatan Ijtima' Ulama yang sampai dua jilid. Padahal, menurutnya, tidak ada pimpinan ormas Islam besar yang hadir.

"Masing-masing pihak sana ada hak klaim ulama dukung mereka tapi saya sebutkan Ijtima ulama dua dihadiri siapa? Tidak Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama, KH Saiq Aqil Sirajd; Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir; Ketua Umum Persatuan Islam Ustaz Aceng Zakaria. Silakan saja masing-masing orang sebut diri ulama beri aspirasi ke Prabowo," ujar Sekjen PSI itu.

Di sisi lain, ia tidak khawatir dengan munculnya isu SARA dalam pilpres tahun ini. Menurut Raja, masyarakat sudah cerdas untuk memilih pemimpin.

"Cara mobilisasi isu SARA enggak ada hasil. Di mana mereka menang tapi memecah warga. Akhirnya apa gunanya? Rebut kekuassan tapi bukan untuk kepntingan rakyat. Silakan saja," ucapnya.

Sebelumnya, Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani mengatakan, koalisi pengusung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mempertimbangkan memasukkan sejumlah ulama ke dalam struktur tim pemenangan. Karena itu, Koalisi Indonesia Adil Makmur belum memfinalkan struktur tim pemenangan hingga Selasa (18/9) malam.

"Ya, salah satunya ada berkaitan dengan besarnya para habib, para ulama, para kiai pimpinan pindok pesantren, para masyarakat yang ingin bersama-sama bergabung sehingga malam ini kita belum bisa finalkan," ujar Muzani, Selasa (18/9) malam.

Sementara itu, Sandiaga mengaku belum menerima nama-nama sejumlah ulama dari ijtima ulama. Namun, ia tidak menampik ada beberapa nama ulama, ustaz, dan sejumlah tokoh agama dari berbagai macam agama.

"Malam ini sama besok akan dilengkapi dan akan dikordinasikan," katanya.

photo
17 Pakta Integritas Prabowo

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement