REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Badan Komunikasi Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra Andre Rosiade optimistis Ijtima' Ulama II akan mendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Menurut dia, selama ini ulama dan umat telah merapatkan barisan bersama Prabowo.
"Insya Allah kami optimis umat, ulama, dan masyarakat Indonesia dukung Prabowo dan Sandiaga, termasuk Ijtima Ulama II," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (16/9).
Andre mengakui, ada kontrak politik yang ditawarkan para ulama kepada bakal calon presiden (capres) Prabowo. Namun, kontrak itu juga untuk kepentingan bangsa dan negara.
Menurut dia, selama ini ulama selalu menjadi korban ketidakadilan pemerintah. "Menurut informasi yang saya dapat, kontrak politik itu isinya bagus untuk kepentingan bangsa dan negara. Juga tidak ingin mengkriminalisasi ulama," kata dia.
Andre mengatakan, kontrak politik dengan rakyat merupakan hal yang wajar dilakukan oleh calon pemimpin. Selama kontrak itu demi kepentingan bangsa, lanjut dia, tidak ada salahnya untuk dilakukan.
Ia menegaskan, Prabowo juga telah berkomitmen untuk tidak melakukan kriminalisasi terhadap ulama. "Kan baik tuh. Dengan buruh saja Pak Prabowo menandatangani kontrak politik demi kepentingan bangsa dan negara, masak dengan ulama gak mau sih kontrak politik? Kan isinya bagus," kata dia.
GNPF Ulama akan menggelar Ijtima' Ulama Jilid II di Jakarta pada Ahad (16/9). Ijtima' tersebut bertujuan menentukan sikap dan arah dukungan para ulama dalam Pilpres 2019. Dalam acara itu, rencananya akan dihadiri 1.000 ulama dan sejumlah tokoh nasional.
Ketua GNPF Ulama, Yusuf Martak memastikan, bahwa pihaknya bakal menggelar kembali ijtima ulama pada Ahad (16/9). Menurut Yusuf Martak, ijtima ulama jilid II merupakan tindak lanjut daripada hasil rekomendasi sebelumnya yang tidak terakomodir dengan baik oleh partai politik.
Mengingat hasil ijtima ulama yang pertama merekomendasikan Prabowo Subianto-Salim Segaf atau Prabowo-Ustadz Abdul Somad. Namun, kenyataannya Prabowo memilih Sandiaga Uno sebagai pendampingnya.
"Dikarenakan adanya pasangan yang tidak diakomodir oleh paslon yang telah menentukan paslon yaitu bapak Prabowo-Sandiaga. Maka secara mekanisme kami mengadakan ijtima yang kedua, yaitu kita mengembalikan hak pada para ulama dan tokoh nasional," jelas Yusuf Martak saat jumpa pers di Jakarta Selatan, Kamis (13/9).