Jumat 14 Sep 2018 18:52 WIB

Bawaslu Kritik Usulan Debat Capres Gunakan Bahasa Inggris

Parpol diminta tidak mengusung hal-hal bombastis tetapi minim substansi.

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Andri Saubani
Anggota Bawaslu, Mochamad Afifuddin.
Foto: Republika/Dian Erika Nugraheny
Anggota Bawaslu, Mochamad Afifuddin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Mochamad Afifuddin, mengkritisi adanya usulan soal debat publik capres-cawapres Pemilu 2019 menggunakan bahasa Inggris. Menurut Afif, partai politik (parpol) sebaiknya tidak mengusung hal-hal yang bersifat bombastis tetapi minim substansi pendidikan politik untuk para pemilih.

"Menurut para pengamat hal ini adalah suatu kemunduran. Sebab satu minta debat berbahasa Inggris, satu lagi meminta pakai bahasa Arab. Hal-hal seperti ini tidak penting," ujar Afif saat dijumpai di ruang kerjanya, Jumat (14/9).

Dia menyayangkan adanya usulan-usulan seperti ini. Sebab, menurutnya dalam Sumpah Pemuda pada 1928, bangsa Indonesia jelas merujuk kepada satu bahasa, yakni Bahasa Indonesia.

Selain itu, perdebatan soal usulan penggunaan bahasa dalam debat publik bagi capres-cawapres justru jauh dari substansi pendidikan politik kepada masyarakat. Bawaslu khawatir nantinya bukan informasi penting yang disampaikan, melainkan hanya hal-hal artifisial dan bombastis saja yang dikedepankan oleh peserta pemilu.

"Kalau pun usulan menggunakan bahasa Inggris ini tidak diakomodasi, tidak akan menjadi masalah. Hal ini bukan sesuatu yang prinsipil. Kalau nanti ada yang menantang lagi bagaimana kalau debatnya menggunakan bahasa isyarat gmn?" tutur Afif.

Karena itu, Bawaslu menyarankan proses pemilu tidak hanya meriah dalam tataran permukaan. Terlebih, debat publik itu merupakan salah satu bentuk sosialisasi untuk visi, misi dan program para pasangan capres-cawapres.

Debat publik pun masih termasuk dalam salah satu bentuk kampanye. "Maka kami sarankan, metode kampanye itu juga memperhatikan hal-hal yang memiliki dampak edukasi kepada masyarakat. Percuma kalau kemudian semakin dewasa kita berdemokrasi, metode atau materi kampanye justru hanya sebatas simbolis saja dan merusak pendidikan politik," tegas Afif.

Sebelumnya, mitra koalisi pengusung bakal capres-cawapres Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno sepakat jika model debat capres-cawapres tidak lagi menerapkan model cerdas cermat. Ketua DPP PAN Yandri Susanto setuju jika debat dilakukan dengan menggunakan bahasa inggris.

"Boleh juga kali ya (debat kandidat memakai Bahasa Inggris)," kata Ketua DPP Partai Amanat Nasional, Yandri Susanto di rumah Daksa, Kamis (13/9) malam.

Yandri tak mempermasalahkan jika debat kandidat menggunakan Bahasa Inggris. Alasannya, pemimpin Indonesia terpilih nantinya akan bergaul dan berbicara di dunia internasional menggunakan Bahasa Inggris.

"Karena presiden bergaul di dunia internasional, supaya tidak ada miskomunikasi dan salah tafsir dari lawan bicara, ya memang penting juga calon presiden matang dalam menguasai bahasa luar, dari bahasa Indonesia itu," ungkap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement