Jumat 14 Sep 2018 06:07 WIB

Prabowo Jawab Pertanyaan Soal Khilafah dari Keluarga Gus Dur

Pada Kamis (13/9), Prabowo bersilaturahim ke keluarga almarhum Gus Dur.

Rep: Antara, Deddy Darmawan Nasution/ Red: Andri Saubani
Bakal calon Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, Shinta Nuriyah Wahid, dan Yenny Wahid (kiri ke kanan)  tertawa saat   memberikan  keterangan kepada media    di kediaman Abdurrahman Wahid, Jakarta, Kamis (13/9).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Bakal calon Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, Shinta Nuriyah Wahid, dan Yenny Wahid (kiri ke kanan) tertawa saat memberikan keterangan kepada media di kediaman Abdurrahman Wahid, Jakarta, Kamis (13/9).

REPUBLIKA.CO.ID, Bakal calon presiden (capres), Prabowo Subianto pada Kamis (13/9), bersilaturahim ke kediaman keluarga almarhum Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Ciganjur, Jakarta. Terjadi dialog antara Prabowo dan keluarga Gus Dur soal kondisi negara, demokrasi, dan dunia Islam.

"Kami tadi diskusi tentang demokrasi, kondisi negara dan juga Islam, kami saling bertanya dan saya menyatakan merasa nyaman dengan NU dan Islam yang moderat," kata Prabowo seusai pertemuan.

Prabowo menjelaskan, dalam pertemuan yang berlangsung 1,5 jam lebih itu, dirinya mendapatkan pertanyaan apakah dirinya mendukung gerakan yang akan mengubah Pancasila dan mendukung sistem khilafah. Prabowo pun menegaskan, bahwa dirinya sebagai prajurit TNI, sumpahnya adalah membela Tanah Air berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Dia menilai, propaganda yang menyebutkan dirinya pro terhadap sistem khilafah merupakan isu yang picik dan berbahaya. Karena, menurutnya, rakyat bisa terhasut dengan propaganda itu.

Prabowo mengatakan, dirinya ingin menegakkan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen, bukan Pancasila dan UUD 1945 dipakai sebagai mantra, tapi dijalankan. Prabowo yakin, jika Pancasila dan UUD 1945 dijalankan dengan benar maka ekonomi Indonesia akan kuat.

Prabowo menjelaskan, setelah keluar dari tentara, dirinya melanjutkan perjuangan dan pengabdian melalui partai politik. Partai Gerindra tempat dia bernaung pun memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) berasaskan Pancasila dan sumpah kader untuk mempertahankan Pancasila dan UUD 1945.

"Jadi saya sudah berkali-kali mempertaruhkan nyawa untuk Pancasila dan NKRI, tidak mungkin saya akan keluar dari sistem Pancasila dan NKRI," ujarnya, tegas.

Bakal capres yang berpasangan dengan Sandiaga Uno itu juga menegaskan, bahwa dirinya nyaman dengan Nahdlatul Ulama (NU) dan kelompok Islam moderat yang berdiri di atas tradisi Indonesia. NU dan kalangan Islam moderat, juga dinilainya dan menghormati semua agama, ras, suku, dan budaya.

Prabowo mendapatkan hadiah dua buku dari keluarga Gus Dur, salah satunya terkait pemikiran Gus Dur. Dua buku itu berjudul "Menyoal Status Agama Pra Islam, kajian tafsir Alquran atas keabsahan agama Yahudi dan Nasrani setelah kedatangan Islam" karya Sa'dullah Affandy, dan buku Biografi Gus Dur karya Greg Barton.

"Satu adalah biografinya Gus Dur dalam bahasa Inggris. Abdurrachman Wahid, A Moslem Democrat, Indonesian President, A View From The Inside, kemudian yang satu adalah Menyoal Status Agama-Agama Pra Islam, jadi saya rasa di sini kajian tentang hubungan antara agama Yahudi, Nasrani, dan Islam," ujar Prabowo.

Dia mengatakan terkait buku "Menyoal Status Agama-Agama Pra Islam", terkait kajian tentang hubungan antara agama Yahudi, Nasrani dan Islam. Menurut dia, rakyat Indonesia harus menghindari tafsiran-tafsiran yang mengarah ke arah permusuhan, karena ternyata tidak ada permusuhan di Islam terhadap agama-agama lain.

"Jadi saya sudah berkali-kali mempertaruhkan nyawa untuk Pancasila dan NKRI, tidak mungkin saya akan keluar dari sistem Pancasila dan NKRI." Prabowo Subianto

Istri almarhum Gus Dur, Sinta Nuriyah Wahid berpesan agar Pemilu 2019 dijadikan ajang kerukunan bagi semua anak bangsa, bukan sebagai ajang saling hujat atau menjelek-jelekan dan mencaci maki sesama anak bangsa. Sinta menilai, tujuan pemilu adalah membangun NKRI dan merekatkan tali persaudaraan.

"Kalau ditanya pesan politik saya, ya itu pesannya," ucapnya.

Selain itu, Sinta mengatakan keluarga Prabowo dengan keluarga Gus Dur sangat dekat dan kedekatan itu sudah terjalin sejak lama. Dia menceritakan, orang tua Prabowo sangat mengagumi sosok Wahid Hasyim sehingga memberi nama Hasyim kepada salah satu anaknya, yaitu adik Prabowo diberi nama Hasjim Djojohadikusumo.

Baca juga:

[video] Prabowo: NU Sebagai Pengingat

Komentar Yenny Wahid

Seperti diketahui, silaturahim Prabowo ke keluarga almarhum Gus Dur salah satu tujuannya adalah untuk mengajak putri kedua Gus Dur, Zannuba Ariffah Chafsoh alias Yenny Wahid, bergabung ke koalisi Prabowo-Sandiaga. Seusai silaturahim, Yenny mengatakan, barisan kader Gus Dur akan menggelar Silaturahim Nasional setelah mengetahui visi dan misi pasangan capres-cawapres. Silaturahim itu untuk menentukan sikap kepada siapa dukungan akan diberikan.

“Di NU (Nahdlatul Ulama) itu sudah pasti ada beberapa mekanisme sebelum kita membuat keputusan. Kita dengarkan dulu seperti apa visi-misi dari para calon,” kata Yenny.

Masa kampanye akan dimulai pada 23 September 2018. Saat itu, pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan menyampaikan visi dan misi lima tahun ke depan kepada publik. Yenny tak menampik sebagian masyarakat NU ada yang mendukung Prabowo-Sandi dan sebagian lagi mendukung pejawat.

Yenny mengatakan, bahwa dia tak sendirian karena lapisan kader NU, khususnya Gusdurian, sangat banyak. Oleh karena itu, usai mendengarkan visi dan misi pasangan, pihaknya segera menggelar silaturahim nasional. Forum tersebut ditujukan untuk mendengarkan aspirasi dan pendapat dari para kader NU, termasuk Gusdurian.

“Lalu, keputusan akan kita keluarkan setelah pertemuan itu. Pertemuannya setelah tanggal 23 September,” ujarnya menjelaskan.

Visi dan misi merupakan janji dari calon pemimpin yang harus ditunaikan ketika terpilih. Hal itu menjadi pokok penting yang perlu didengar NU dan Gusdurian. Khusus Prabowo, kata Yenny, telah menyatakan dan meyakinkan keluarga Gus Dur untuk  menjaga demokrasi berjalan dengan secara sehat.

Selain itu, kata Yenny, Prabowo telah menyatakan bahwa Islam patut menjadi inspirasi, tetapi tidak mesti dijalankan menjadi sebuah hukum di negara Indonesia. Meski demikian, bukan berarti komitmen Prabowo tersebut menjadi dasar bahwa Gusdurian akan mendukung sepenuhnya.

“Kita telaah lagi, dari situ mungkin insya Allah akan ditentukan,” kata Yenny.

photo
Jejak Prabowo Subianto di Pilpres

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement