REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Perkumpulan Gerakan One Kecamatan One Center of Enterpreneurship (OK OCE) Faransyah Agung Jaya menganggap kritik yang disampaikan anggotan dewan mengenai lambatnya pemberian modal bagi peserta OK OCE adalah pola pikir lama. Baginya, patokan usaha bukan hanya permodalan.
"Mungkin perlu diinformasikan ke Pak Dewan itu bahwa di OK OCE patokan usahanya bukan permodalan. Karena enggak semua pengusaha butuh modal," kata Faran ketika dihubungi Republika, Senin (10/9).
Menurut Faran, kritik yang diajukan menggambarkan pola pikir lama bahwa sebuah usaha dimulai dari permodalan. Padahal, sejak masa kampanye OK OCE ingin menanamkan bagaimana memulai usaha tanpa modal. Oleh karena itu, di antara tujuh tahapan usaha dalam OK OCE (7PAS), permodalan ditempatkan pada posisi paling akhir (P7).
Faran menjelaskan, Gerakan OK OCE memiliki dua tujuan utama. Pertama, mendorong warga yang belum memiliki usaha untuk membuka usaha baru. Kedua, mendorong para pengusaha agar mencapai tahapan yang lebih baik, dibuktikan dengan adanya peningkatan omzet.
Menurut Faran, dengan pola pikir yang baru, sebuah usaha tak harus dimulai dengan kucuran modal. Para calon pengusaha justru membutuhkan adanya pelatihan dan, yang terpenting, akses pemasaran.
Lebih lanjut, Faran menyatakan, pola pikir lama seperti yang disampaikan anggota dewan tersebut telah terbukti gagal pada program-program sebelumnya. Pemberian modal bergulir dan hibah yang dilakukan pada pemerintahan sebelumnya terbukti bermasalah.
"Banyak dananya tidak kembali, malah dananya hilang, lalu digelapkan, kredit macet, dan lain-lain. Kita tidak mau itu," ujar dia.
Ia mengakui sempat ada gimmick-gimmick yang dibuat oleh para relawan OK OCE pada saat masa kampanye. Mereka menuliskan janji bahwa peserta OK OCE akan mendapatkan kucuran modal senilai Rp 300 juta.
Namun, jika dilihat di laman resmi Jakarta Maju Bersama, pasangan Anies-Sandi tak pernah menjanjikan hal tersebut secara resmi. Keduanya menjanjikan penciptaan 200 ribu wirausaha baru.
"Ya ada gimmick-gimmick ke sana lah. Tapi itu bukan resmi dari kita kok. Kita hanya bilang kita akan bantu bagaimana wirausaha baru bisa tercipta dan jadi pengusaha naik kelas," ujar dia.
Permodalan justru menjadi tahap yang penting ketika para pengusaha telah mendapatkan akses pasar. Adanya lonjakan pesanan sering kali membuat mereka kewalahan saat tak memiliki modal yang cukup untuk melakukan produksi. Oleh karena itu, PGO menggandeng Bank DKI untuk memberikan pinjaman modal.
Dengan kerja sama ini, dapat dipastikan bahwa penerima modal OK OCE adalah orang-orang yang telah terseleksi. Bank DKI melakukan berbagai penilaian untuk memastikan para anggota layak menerima permodalan.