REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bakal calon wakil presiden (cawapres), Sandiaga Uno hari ini mengunjungi kediaman keluarga almarhum Presiden keempat RI, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di Ciganjur, Jakarta. Kunjungan Sandiaga ke kediaman Gus Gur kali itu memang untuk melakukan silaturahim kepada keluarga yang dekat dengan kalangan Nahdlatul Ulama (NU) tersebut.
Di mata Sandi, keluarga Gus Gur ibarat perekat yang selalu dapat mempersatukan bangsa Indonesia. Ia menyebutkan, keluarga Gus Dur selalu menjadi representasi keberagaman Indonesia dari generasi ke generasi. KH Hasjim Asy'ari, KH Wahid Hasyim, hingga KH Abdurramhan Wahid, merupakan tokoh-tokoh nasional yang banyak berjasa pada kerukunan umat beragama di Indonesia.
"Sekarang ada Mba Yenny Wahid, dan teman-teman sebagai perekat bangsa. Semua itu bapak dan ibu keberagaman kita, dan terus menjaga toleransi bangsa," kata Sandiaga.
Sandiaga Uno tak hanya mendapat wejangan dari kunjungannya ke kediaman Gus Dur, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Lebih dari itu, bakal cawapres yang akan mendampingi Prabowo Subianto di Pilpres 2019 itu, mendapat bekal makanan dari kunjungannya pada Senin (10/9) siang.
Bekal berisi tempe mendoan yang ditaruh dalam kotak makan kecil berwarna putih bening itu ditenteng Sandi dengan raut gembira. Setelah berbicara kepada wartawan, ia dengan bangga membuka tutup tempat makan itu untuk diperlihatkan.
"Saya juga dikasih oleh-oleh tempe yang tidak tipis seperti kartu ATM," kata dia kepada wartawan.
Istilah tempe seperti atm sebelumnya dilontarkan Sandi untuk mengritisi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang mengakibatkan harga impor kedelai meningkat. Dampaknya, ukuran tempe dan tahu di pasaran semakin menipis, seperti kartu ATM.
Sandiaga tak hanya membawa pulang sekotak kecil tempe mendoan. Ia juga diberi wejangan khusus langsung dari Sinta Nuriyah, istri almarhum Gus Dur.
Sinta berpesan, sebagai calon pemimpin bangsa, Sandi harus amanah terhadap masyarakat. Menurut dia syarat utama pemimpin bangsa adalah amanah kepada rakyatnya.
"Yang kedua, karena kita tinggal di Indonesia, negara yang majemuk, maka saya harapkan bisa menjaga keutuhan dari bangsa dan negara ini," kata Sinta.
Sinta juga mengapresiasi kedatangan Sandi yang membuktikan sosok muda itu masih mau bersilaturahim dengan generasi tua. Menurut dia, silaturahim merupakan salah satu kebiasaan yang memang selalu dilakukan Gus Dur. Dengan begitu, Gus Dur selalu dapat membangun komunikasi dengan berbagai elemen masyarakat.
Ia juga menyadari kedatangan Sandiaga tak lain adalah bentuk meminta restu sebagai bakal cawapres. Namun, Sinta mengingatkan, menjadi pemimpin itu tidaklah mudah.
"Sangat berat, sangat sulit. Karena itu beliau juga mencari banyak sangu (masukan) dari yang tua-tua bagaimana caranya mengatur negara dan sebagainya agar bisa membangun masyarakat ini ke masyarakat yang sejahtera, yang rukun, damai, dan bisa tetap menjadi satu kesatuan negara Republik Indonesia. NKRI," ujar dia.
Putri kedua Gus Dur, Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid (Yenny Wahid), mengapresiasi adanya sosok muda dalam bursa Pilpres 2019. Menurut dia, sosok itu direpresentasikan oleh bakal cawapres, Sandiaga Uno.
Ia berharap, kehadiran Sandiaga dapat menjaga kesejukan dalam Pilpres 2019. Menurut dia, sosok mudah adalah orang yang akan membawa aspirasi.
"Mereka adalah orang-orang yang kami titipi aspirasi. Salah satu aspirasi yang kami titipkan tentunya adalah untuk menjaga keberagaman di Indonesia, menjaga agar pilpres nanti suhunya tetap adem-ayem, tidak ada isu SARA yang dimainkan," kata dia di kediaman keluarga Gus Dur, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Senin (10/9).
Menurut dia, Sandiaga juga telah menyanggupi untuk membawa aspirasi tersebut. Karena itu, Yenny mengapresiasi kedatangan dan kesanggupan Sabdiaga.
"Saya juga dikasih oleh-oleh tempe yang tidak tipis seperti kartu ATM," kata dia kepada wartawan. Sandiaga Uno
"Intinya keluarga sangat menghargai Pak Sandi datang ke sini, dan beliau bagi kami bukan orang baru, bukan orang asing sama sekali, kawan saya sudah lama," kata Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) itu.
Menurut dia, Sandiaga adalah sosok yang selalu terbuka. Ia menambahkan, bakal cawapres yang akan mendampingi Prabowo itu merupakan orang yang ceria dan membawa kegembiraan bagi masyarakat.
"Kami semua tadi seperti teman, bisa melihat sangat gayeng (seru), bercakap-cakap, guyon, karena Pak Sandi kan orangnya memang ceria, membawa kegembiraan dalam suasana yang beliau hadiri selalu," kata dia.
Baca juga:
- Sandi: Gus Sholah Sudah Seperti Ayah dan Guru
- Sekjen PBNU: Gus Dur Ulama Langka
- Gus Dur, Nasionalis Sejati, Hingga Misteri Tanggal Lahir
Silaturahim Jokowi
Keluarga almarhum Gus Dur sepertinya memang keluarga yang penting untuk disinggahi menuju Pilpres 2019. Jumat, pekan lalu, capres pejawat, Joko Widodo (Jokowi) juga mengungunjungi kediaman keluarga Gus Dur.
Dalam kunjungan ini, Jokowi mengaku meminta restu kepada istri Gus Dur terkait pencalonan dirinya di Pilpres 2019. "Tadi saya mohon doa restu dari Ibu Sinta Nuriyah," kata Jokowi saat melakukan konferensi pers didampingi Sinta Nuriyah Wahid dan Yenny Wahid.
Selain itu, kunjungan Jokowi ini juga dalam rangka memperingati hari lahir almarhum Abdurrahman Wahid yang jatuh pada 7 September 1940. Menurutnya, kunjungannya ke kediaman Gus Dur ini bukanlah yang pertama kalinya, namun terhitung sudah keempat kali.
"Jadi hari ini saya ingin mengucapkan selamat ulang tahun untuk almarhum Gus Dur yang ke-78. Sehingga tadi di dalam makan bubur merah putih," tambahnya.
Calon Presiden pejawat Joko Widodo berkunjung ke kediaman Sinta Nuriah Wahid di Ciganjur, Jumat (7/9) sore ini. Jokowi mengaku meminta restu untuk mencalonkan diri sebagai capres 2019.
Lebih lanjut, Jokowi juga mengaku ingin memastikan kesehatan Sinta Nuriyah Wahid. Menurut dia, kesehatan istri mendiang Gus Dur tersebut dalam kondisi baik.
"Juga ingin mengabarkan mengenai kesehatan beliau, saya kira beliau alhamdulillah diberikan kesehatan yang baik oleh Allah dan itu saja," ujarnya.
Jokowi mengatakan, dalam pertemuan ini juga turut dibahas masalah yang ada di daerah. Salah satu yang disampaikan oleh para tokoh asal Madura yakni mahalnya tarif jembatan Suramadu yang melintasi Selat Madura.
Para tokoh asal Madura tersebut meminta agar Presiden meninjau kembali tarif Jembatan Suramadu. "Dulu sebetulnya dari Rp 30 ribu kita sudah potong menjadi Rp 15 ribu. Sepeda motor juga sudah dibebaskan. Tapi memang dampak terhadap investasi, ekonomi belum kelihatan," jelasnya.
Sinta Nuriyah pun mengaku akan memberikan dukungan dan doanya kepada Jokowi.
"Jadi saya sebagai orang tua pasti akan memberikan doa, mendoakan, dan memberikan dukungan, apalagi kalau kita harapkan bahwa yang akan jadi pemimpin nanti adalah pemimpin-pemimpin yang amanah, yang bisa mengamalkan apa yang diamalkan Gus Dur dulu," kata Sinta.