REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bakal Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno mendapat gelar adat Melayu dalam sebuah upacara adat di Pekanbaru. Dalam kesempatan itu, ia mendapat anugerah tersebut dengan sebuah acara yang lazim dikenal dengan pemberian 'tepung tawar'.
''Majelis Kekerabatan Adat memang memberikan gelar adat kepada Sandiaga Uno. Seperti dikatakan Ketua Majelis Kekerabatan Adat Melayu Riau, Al Azhar, kehadiran dan pemberian adat sudah lama akan diberikan kepada Pak Sandi, yakni sejak beliau menjabat sebagai wakil gubernur DKI. Tapi, belum bisa terlaksana karena kesibukan dia,'' kata pengusaha muda dan mantan anggota KPU Riau, Anton Yuliandri, kepada Repubilka.co.id, seusai menghadiri acara pemberian tepung tawar itu di Pekanbaru, Selasa (4/9).
Anton mengatakan, pemberian gelar adat Melayu itu karena Sandiaga memang lahir di Riau, tepatnya di Rumbai (kawasan Chevron) pada 26 Juni 1969. Bahkan, ayahanda Sandiaga, Razif Halik Uno (Henk Uno), juga pernah hidup cukup lama di Riau. ''Selain lahir di Riau, Sandi juga baru hendak SMP pindah dari Riau."
Dalam kesempatan itu, Sandiaga Uno, duduk berdampingan dengan Ustaz Abdul Somad, yang juga merupakan pengurus Majelis Kekerabatan Adat Melayu Riau. Abdul Somad dalam doa dan pidato singkatnya dalam pertemuan itu sempat mendoakan Sandi dengan menukil rangkaian syair Gurindam 12.
''Di atas mimbar Ustaz Abdul Somad menyitir salah satu pasal dalam Gurindam 12, yakni pasal 11, yang berisi nasihat kepada pemimpin: Hendaklah berjasa Kepada yang sebangsa. Hendak jadi kepala, buang perangai yang cela. Hendak memegang amanat, buanglah khianat,'' kata Anton.
Anton kemudian menanggapi apa yang dikatakan Sandiaga terhadap apa yang dikatakan Ustaz Abdul Somad itu. Sandiaga mengatakan, ia sebenarnya hanya kebetulan jadi bakal calon presiden karena menggantikan Ustaz Abdul Somad yang tak bersedia.
"Ini mungkin skenario Allah. Andai saja ustaz menyatakan bersedia menjadi bakal calon presiden, maka saya tidak akan berdiri (di podium) di sini,'' kata Anton menirukan ucapan Sandiaga Uno.