Sabtu 01 Sep 2018 21:08 WIB

Rawan Gempa, Pelajar Sukabumi Ikuti Simulasi

Pelajar mendapat materi pembekalan menghadapi gempa.

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Yudha Manggala P Putra
Garda Penolong Pramuka menandu korban gempa saat simulasi tanggap bencana di SDN Kapasari VIII, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (28/4).
Foto: Antara/Didik Suhartono
Garda Penolong Pramuka menandu korban gempa saat simulasi tanggap bencana di SDN Kapasari VIII, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (28/4).

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat seringkali dilanda guncangan gempa bumi. Kondisi ini disikapi sejumlah pihak dengan menggelar berbagai upaya untuk menghadapi situasi bencana tersebut.

Salah satunya dilakukan di lingkungan pendidikan yakni SMA Pesantren Unggul Al Bayan, Desa Sekarwangi, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Para pelajar di SMA tersebut mendapatkan materi pembekalan menghadapi bencana dan simulasi gempa yang diberikan fasilitator penanganan bencana Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Sukabumi.

"Kegiatan simulasi gempa adalah antisipasi agar anak-anak siap berhadapan dengan musibah yang suatu waktu terjadi,’’ ujar Kepala Sekolah SMA Pesantren Unggul Al Bayan Sukabumi Heriyanto kepada Republika, Sabtu (1/9). Selama 20 tahun Al Bayan berdiri kejadian gempa kalaupun ada hanya getaran kecil saja.

Meskipun demikian lanjut Heriyanto, potensi terjadinya bencana harus diantisipasi dengan baik. Caranya setiap angkatan pelajar di sekolah tersebut diberikan materi dalam menghadapi gempa.

Targetnya kata Heriyanto, mereka mempunyai sikap dan keterampilan yang tidak menyebabkan kecelakaan akibat langkah yang salah. Selain itu ditanamkan juga nilai-nilai bahwa gempa datangnya dari Allah yang merupakan teguran dan peringatan agar selalu mengingat Allah SWT.

"Secara rohani ditanamkan nilai keislaman tapi secara teknis mereka memahami sikap terhadap datangnya bencana,’’ imbuh Heriyanto. Ia menambahkan di sekolah tersebut juga sudah disiapkan jalur evakuasi dan titik kumpul ketika terjadi gempa.

Hal ini ungkap Heriyanto, disampaikan pada masa orientasi lapangan di awal pendidikan di sekolah. Para siswa diarahkan ketika terjadi gempa khususnya menuju jalur evakuasi dan titik kumpul serta ada tanda peringatan melalui sirine.

Heriyanto menuturkan, sekolah mempersiapkan sarana ini karena Sukabumi cukup rawan dan seringkali gempa sehingga harus disiapkan. Terlebih sekolah tersebut menerapkan sistem boarding school di mana semua pelajar berada di asrama.

Akibatnya sambung Heriyanto, anak-anal harus siap bukan hanya di kelas akan tetapin ketika mereka tidur di asarama. Terutama apa yang dilakukan ketika terjadi guncangan.

"Sehingga harus ada simulasi agar ketika evakuasi tidak terburu-buru,’’ cetus Heriyanto. Jumlah pelajar atau santri yang mondok di sekolah tersebut mencapai 336 orang yang berasal dari berbagai daerah seperti wilayah Jabotabek hingga Sumatera dan Papua.

Salah seorang pelajar SMA Pesantren Unggul Al Bayan, Herdiki Sidki (17 tahun) mengatakan, kegiatan simulasi ini sangat bermanfaat bagi para siswa di sekolah tersebut. "Sukabumi terhitung paling sering gempa saya mengalam empat hingga lima kali,’’ imbuh dia.

Herdiki mengatakan, sebelumnya para pelajar sangat terbatas dalam memahami sikap menghadapi bencana. Setelah mendapatkan pembekalan para pelajar menjadi lebih terdidik dan siap ketika menghadapi gempa bumi.

Misalnya ketika terjadi gempa hal pertama yang dilakukan yakni melindungi kepala, berlindung di bawah meja, menjauhi jendela atau kaca. Selanjutnya melakukan evakuasi ke tempat terbuka dan paling aaman dari segala bangunan berpotensi runtuh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement