Jumat 31 Aug 2018 07:21 WIB

BPPT Tawarkan Rumah Tahan Gempa di Lombok Buatan Lokal

Konstruksi dan material rumah diklaim ramah terhadap gempa.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Esthi Maharani
Gedung BBPT di Jakarta
Foto: skycrapercity.com
Gedung BBPT di Jakarta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melalui Pusat Teknologi Material (PTM) menawarkan inovasi rumah tahan gempa. Direktur PTM BPPT Mahendra Anggaravidya menyebut konstruksi dan materialnya rumah ramah terhadap gempa.

"Rumah ini disusun per panel, kalaupun roboh tidak mencelakai penghuni. Karena material ringan yang terbuat dari komposit sandwich. Kalaupun ada yang jatuh menimpa berat panel hanya 2 kilogram. Jadi tidak begitu berbahaya," ujarnya dalam keterangan pers, Kamis (30/8).

Mahendra mengatakan, posisi rumah ini disambung dalam ikatan yang utuh. Ketika terjadi guncangan gempa, sambungan tersebut tidak tercerai atau tidak terjadi kerobohan.

"Bahannya sandwich panel buatan BPPT yang bermitra dengan industri lokal. Dalam hal ini BPPT berperan dalam memformulasikan bahan komposit, lalu menyusun desain dan di produksi massal oleh industri lokal. Jadi ya hampir 80 persen TKDN," tuturnya.

Mahendra menjelaskan, dari uji simulasi beban gempa menunjukkan, setelah Simulasi Percepatan 2,28 G dalam frekuensi 0,1-10 Hz dengan metode (spectrum) serta kombinasi beban mati, hidup, dan angin. Hasil simulasi dan analisis struktur menggunakan SAP2000 menunjukkan, struktur tetap aman dengan kombinasi frame dan sandwich.

Meski ini sifatnya simulasi, lanjut dia, PTM BPPT tengah membuat permodelan bertipe 21 dan 36 yang rencananya dibawa ke Lombok. Pembangunan rumah komposit ini membutuhkan waktu 1 minggu per unit.

Untuk merealisasikannya dengan segera di Lombok, kata dia, dibutuhkan sinergi dari pemangku kepentingan seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Menurut Mahendra, hal ini penting untuk membuktikan bahwa model rumah tersebut memang kokoh dan layak huni di wilayah gempa.

"Selain itu juga kami inginkan ada dukungan khusus yang sifatnya pendanaan, khususnya untuk memperbanyak jumlah unit yang akan dijadikan bantuan," ungkapnya.

Mahendra merinci, satu unit rumah membutuhkan anggaran sekitar Rp 40 juta untuk rumah komposit tipe 21. Sedangkan untuk tipe 36 akan menghabiskan dana Rp 70 juta per unitnya.

"Selain kedua tipe tersebut, kami juga bisa membuat ukuran yang di-custom. Biaya permeternya dua jutaan. Bisa untuk ukuran besar pembuatan fasilitas umum seperti Puskesmas atau tempat ibadah," jelasnya.

Mahendra meyakini, rumah komposit ini  harusnya dapat menjadi model yang diterapkan di wilayah rawan gempa."Rumah komposit inovasi BPPT ini patut menjadi perhatian pemangku kepentingan. Agar dapat diperbanyak di wilayah rawan gempa di seluruh Indonesia," imbuhnya.

Sebelumnya, lanjut dia, unit rumah komposit inovasi BPPT ini sudah dipasang dan diserah terima di Pemerintah Kota Bogor, tepatnya di Kelurahan Pasir Jaya. Sebagai mitra ialah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor, yang bertujuan memiliki wilayah tanggap bencana dalam bentuk hunian sementara. Mahendra mengatakan, dua unit rumah tipe 3x4 dan 5x6 yang difungsikan sebagai fasilitas umum oleh pemerintah setempat itu saat ini masih kokoh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement