Senin 27 Aug 2018 14:15 WIB

Produksi Pertanian Dikhawatirkan Merosot Pascagempa

Pemerintah menstimulasi kemandirian untuk meningkatkan produksi pertanian.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Friska Yolanda
Bupati Lombok Barat Fauzan Khalid meninjau dan menyalurkan bantuan di Desa Gunungsari, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, NTB, Rabu (15/8).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Bupati Lombok Barat Fauzan Khalid meninjau dan menyalurkan bantuan di Desa Gunungsari, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, NTB, Rabu (15/8).

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK BARAT -- Sektor pertanian sebagai kontributor terbesar PDRB di Kabupaten Lombok Barat (Lobar) menjadi penambah amunisi dalam menggerakkan kebangkitan masyarakat pascabencana gempa bumi yang terjadi sejak awal Agustus lalu. Kementerian Pertanian khawator sektor ini tak berproduksi maksimal pascagempa.

"Sektor yang paling menggerakkan untuk kebangkitan pascagempa ini adalah sektor pertanian," ujar Direktur Jenderal Sarana Prasarana, Kementerian Pertanian (Kementan) Dadih Permana saat menyalurkan bantuan peralatan pertanian di Desa Beleka, Kecamatan Gerung, Lobar, Senin (27/08).

Dadih mengaku khawatir kondisi ekonomi di Lobar mengalami penurunan akibat gempa. Ia berharap, peralihan masa tanggap darurat ke masa transisi pemulihan dapat memacu percepatan pembangunan pascabencana. Melalui sektor pertanian, dia berharap masyarakat bisa segera lepas dari trauma dan mampu bangkit kembali. 

"Pemerintah membantu stimulan mengangkat kemandirian untuk meningkatkan produksi pertanian," kata Dadih.

Anggota Komisi XI DPR RI Wilgo Zainar mengatakan sektor pertanian menghadapi banyak tantangan, di antaranya semakin berkurangnya sumber daya manusia karena lambannya regenerasi di bidang pertanian. "Itu mengapa pemerintah penting membantu petani dengan alat pertanian, pupuk, irigasi, dan alat pertanian," ujar Wilgo.

Bupati Lobar Fauzan Khalid menyambut gembira ajakan bangkit dari keterpurukan akibat gempa. Sejak kejadian gempa 7,0 Skala Richter yang membuat puluhan ribu rumah rusak dan mengakibatkan lebih dari dua ratusan ribu warga Lobar mengungsi, nyaris tiada hari baginya kecuali memikirkan dan mendampingi warganya di pengungsian. 

Fauzan berkomitmen untuk mengajak warga yang terdampak bencana untuk segera bangkit. "Saya hanya khawatir pertanian akan mengalami penurunan produksi," kata Fauzan. 

Ia menjelaskan, luas area pertanian di Lobar mencapai 17 ribuan hektare. Tahun lalu, hasil pertanian mengalami surplus sampai 30 ribu ton untuk padi dan 27 ribu untuk jagung. 

Sektor ini, ia katakan, telah memberi kontribusi sebesar 21,03 persen terhadap total PDRB dengan harga konstan yang sebesar lebih dari Rp 9,7 triliun. 

Sektor ini pun memiliki kontribusi 32 persen terhadap penyerapan tenaga kerja. Potensi itu akan menjadi penggerak kebangkitan dari keterpurukan akibat bencana gempa," kata Fauzan menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement