REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Warga Dusun Sanjang, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, terpaksa harus mencari air ke Dusun Sembalun Bumbung setelah sumber air di Propok atau pendakian ke Gunung Rinjani di Torean, tertutup longsoran. Jarak antara Dusun Sanjang ke Sembalun Lawang terbilang jauh, mencapai 15 kilometer (km).
Untuk mendapatkan air bersih warga harus melewati jalan aspal yang cukup berkelok-kelok dan di satu titik kelokannya bentuk V hingga memerlukan kelihaian pengendaranya. Mereka pun harus menempuh jalan itu hanya sekadar untuk mendapatkan air bersih.
Di Dusun Sanjang itu terdapat 304 kepala keluarga atau 986 jiwa, mereka saat ini membutuhkan air bersih terutama untuk keperluan hidupnya sehari-hari.
Relawan dari Komunitas Belajar Rumah Bintang Bandung, Niki, menyebutkan awal gempa pertama pada 29 Juli 2018 yang berkekuatan 6,4 Skala Richter (SR), longsoran dari saluran air hanya 400 meter namun setelah terjadi gempa berkali-kali longsoran itu memanjang sampai 5 kilometer
Sebenarnya pernah ditawarkan solusi dengan mengebor sumber air di dusun tersebut. Tapi menurut warga sia-sia karena upaya itu pernah dilakukan sampai kedalaman 200 meter, namun air tidak juga ke luar. "Warga saat ini benar-benar membutuhkan air bersih," katanya.
Ketiadaan air itu pascagempa tektonik berkali-kali baik skala besar maupun kecil, membuat sumber air yang ada mengalami kekeringan atau tertutup longsoran, seperti di Dusun Senaru, Lombok Utara yang sebelumnya melimpah air saat ini kekeringan bahkan tidak sedikit warga yang harus membeli air.
"Saya membeli air untuk tangki 2.500 liter saja, sebesar Rp 100 ribu," kata Nur Saat, warga Dusun Senaru.
Setidaknya pemerintah setempat untuk memikirkan bagaimana solusi untuk mengatasi ketiadaan air bagi warga yang terdampak gempa bumi tektonik tersebut.