Kamis 23 Aug 2018 22:40 WIB

Warga Lombok Barat Ikuti Istighosah dan Shalat Taubat

Gubernur NTB menilai gempa Lombok bukanlah azab melainkan ujian.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Andri Saubani
Pemkab Lombok Barat menggelar istighosah dan shalat taubat di Pos Pengungsian Gunungsari, Lombok Barat, NTB, Kamis (23/8).
Foto: dok. Pemkab Lombok Barat
Pemkab Lombok Barat menggelar istighosah dan shalat taubat di Pos Pengungsian Gunungsari, Lombok Barat, NTB, Kamis (23/8).

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK BARAT -- Ribuan warga dari mengikuti zikir dan doa bersama di pos pengungsian yang ada di di belakang Kantor Camat Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat (Lobar), pada Kamis (23/8). Selain zikir dan doa, warga pun melakukan shalat sunat taubat yang diimami TGH Fathul Aziz dari Pondol Pesantren Al-Aziziyah Gunungsari.

Gubernur NTB TGB Zainul Majdi yang hadir dalam kegiatan itu mengajak jamaah berdoa agar semua musibah dan bencana diangkat oleh Allah dan diganti dengan keberkahan, kedamaian dan ketenangan hati. Ia juga mengatakan bahwa apa yang dirasakan masyarakat, juga dirasakan oleh dirinya.

"Saya adalah bagian dari Pelungguh (kalian) semua. Apa yang saudara rasakan, begitu pula yang saya rasakan. Kesedihan, kekhawatiran, dan ketakutan," kata TGB.

Bencana atau musibah bagi orang yang beriman, tambah TGB, bukanlah azab, melainkan ujian dan cobaan. TGB menambahkan, apabila sabar dalam menghadapi ujian ini, maka ampunan demi ampunan, rahmat, dan pujian dari Allah menjadi gambarannya.

"Musibah dan bencana ini mudah-mudahan buahnya adalah kita semakin kokoh dan kuat keyakinan kita kepada Allah," harapnya.

Dalam kesempatan itu, alumni Al-Azhar Mesir itu juga mengutip perkataan ulama terkait musibah. Dijelaskannya, ada tiga berkah yang didapat dengan adanya musibah.

"Pertama, derajat akan ditinggikan. Kedua, dosa akan diampuni, dan ketiga, pahala akan dilipatgandakan," terangnya.

Ketiga berkah ini, kata TGB, hanya diperoleh bagi orang yang menjaga dua sifat, yaitu menjaga sabar dan syukur dalam berbagai keadaan. Terkait adanya isu akan adanya gempa besar pada Ahad (26/8), TGB meminta masyarakat tidak mempercayainya karena masa depan tidak ada yang tahu.

"Itu rahasia Allah. Jangan percaya hoaks, apalagi yang membuat keyakinan kita rusak kepada Allah dan tidak akan bersandar lagi kepada Allah," tegasnya.

Menurut TGB, semua musibah pasti berlalu dan menyisakan peningkatan iman dan keyakinan, ibadah, dan perbaikan cara muamalah setelah musibah.

Bupati Lombok Barat Fauzan Khalid mengajak warga berzikir untuk membuka pintu langit agar bencana gempa bisa disudahi.  Ia menilai, gempa yang terjadi di Pulau Lombok sudah sangat beruntun dan unik.

Tidak saja karena kekuatan magnitudonya, namun karena jarak gempa utama (mainshock) tidak terlalu lama. Setelah diguncang gempa pada 29 Juli dengan kekuatan 6,4 Skala Richter (SR), Lombok diguncang lagi dengan kekuatan 7,0 SR pada 5 Agustus 2018.

"Gempa kembar itu disusul lagi oleh dari seribu gempa susulan, baik yang dirasakan maupun tidak. Gempa itu telah meluluh lantakkan Kabupaten Lombok Utara (KLU) dan empat Kecamatan di Lobar," ujar Fauzan.

Tidak pupus sampai di situ, aktivitas gempa baru kembali terjadi pada 19 Agustus. Gempa dengan kekuatan 6,9 SR kembali menghancurkan pemukiman warga. Kali ini tidak hanya mengakibatkan kerusakan hanya di Pulau Lombok, namun juga meluluh lantakkan Kecamatan Alas di Kabupaten Sumbawa.

"Sampai saat ini, gempa terakhir tersebut telah diikuti lagi oleh 266 gempa dan 15 diantaranya dapat dirasakan," lanjutnya.

Untuk Lobar, dia katakan, gempa-gempa tersebut mengakibatkan 46 orang meninggal dunia, 258 orang luka berat dan 701 orang luka ringan. Akibat gempa tersebut dirasakan setidaknya oleh 266.691 orang warga dan di antara mereka ada 178.377 yang terpaksa mengungsi.

"Rangkaian gempa itu pun telah menimbulkan 23.007 rumah rusak berat, 14.820 rumah rusak sedang, dan 19.787 rumah rusak ringan," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement