REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur (NTT), telah menggunakan sistem microchip untuk dipasang pada ternak-ternak besar milik masyarakat. Hal ini dilakukan untuk mencegah kasus pencurian ternak di daerah itu.
"Sekarang kami sudah mulai menggunakan microchip. Alat sebesar biji padi ini dipasang dibawa kulit ternak dan bisa dideteksi melalui alat," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Sumba Barat Daya, Rihimera A. Praing, Senin (20/8).
Dia mengemukakan hal itu, menjawab pertanyaan seputar upaya pemerintah daerah dalam mencegah kasus pencurian ternak di pulau itu, yang sudah sangat meresahkan masyarakat. Para pencuri tidak segan-segan membakar rumah atau membunuh pemilik ternak, yang bupaya mempertahankan ternak milik mereka yang hendak dicuri.
Menurut dia, masalah pencurian ternak ini sudah berlangsung secara turun temurun, bahkan para pencuri sudah sangat mahir dalam mengelabui pemilik ternak.
Dia mengatakan, semua pemilik ternak besar seperti sapi dan kerbau selalu memberi tanda pada ternak mereka, baik dengan menggunakan cap maupun dengan cara memotong telinga.
Namun pencuri lebih mahir, dan bisa dengan mudah menghilangkan tanda pada ternak yang diberikan oleh pemilik. Misalnya, di badan ternak ada cap 'AP', pencuri mengubahnya menjadi AB'. Sementara pemilik yang memberi tanda pada bagian telinga, para pencuri memotong habis telinga ternak.
Dia menambahkan, gagasan micrchip itu lahir setelah dirinya menonton National Geographic pada salah satu stasiun televisi, yang mempertontontan pemasangan alat tersebut pada ikan paus. "Pemerintah sebenarnya sudah tidak berdaya lagi menghadapi pencuri, tetapi suatu hari saya menonton acara National Geographic, dimana dalam acara itu, mereka memasang microchip pada ikan puas, dan bisa dipantau kemana hewan itu pergi," katanya.
Dia mengatakan, langsung merespon tayangan di televisi tersebut dengan mencari tahu tentang alat tersebut melalui internet untuk diadakan. "Saat ini sudah terpasang pada sekitar 4.000 ribu ternak besar di daerah itu. Di daerah tetangga yakni Sumba Tengah dan SUmba Timur juga sudah mulai pasang alat ini," katanya.
Menurut dia, alat ini bisa bertahan selama 25 tahun, sehingga bisa diandalkan untuk mencegah pencurian ternak di pulau Sumba. Dia mengatakan, secara perlahan-lahan, kartu ternak akan dihilangkan dan semua ternak besar akan dipasang microchip.