REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mendata telah terjadi 814 kali gempa susulan pascagempa bumi dengan kekuatan magnitudo 7,0 yang mengguncang Pulau Lombok dan sekitarnya pada Ahad (5/8). "Hingga hari ini telah terjadi 814 kali gempa dan 33 kali di antaranya dirasakan dengan kekuatan yang cukup besar," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jakarta, Ahad (19/8).
Dia mengatakan, gempa bumi yang dirasakan tersebut termasuk dua kali gempa susulan yang terjadi berturut-turut pada Ahad (19/8). Gempa susulan yang pertama terjadi pada pukul 12.06 WITA dengan kekuatan magnitudo 5,4 dan episenter gempa pada 8,29 Lintang Selatan dan 116.62 Bujur Timut atau 25 km timur laut Lombok Timur, atau tepatmya pada lereng utara timur laut Gunung Rinjani dengan kedalaman 10 km.
Menyusul gempa kedua dengan kekuatan magnitudo 6,5 pada pukul 12.10 WITA dengan lokasi pada 32 km timur laut Lombok Timur yaitu pada lereng utara timur laut Gunung Rinjani atau 8,24 Lintang Selatan, 116.66 Bujur Timur dengan kedalaman 10 km. "Analisis ini kami sampaikan dalam waktu tiga menit 33 detik selisih sekitar beberapa detik setelah gempa terjadi berdasarkan data dari 26 sensor yang terekam di BMKG," katanya.
Bertambahmya data dari 26 sensor masuk lagi sehingga total dari 152 sensor maka diperbarui gempa susulan menjadi magnitudo 6,3. Dengan memperhatikan lokasi dan kedalaman episenter maka disimpulkan gempa tersebut merupakan gempa dangkal akibat patahan naik Flores.
Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa tersebut dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan naik mengingat epsinternya relatif sama dengan gempa pada magnitudo 7,0 pada 5 Agustus lalu. Maka kedua gempa bumi yang baru terjadi tersebut merupakan gempa bumi susulan atau aftershock dari rangkaian gempa sebelumnya.
"Kami mohon masyarakat tetap tenang namun tetap waspada dan jangan mendekati area puncak dan lereng Gunung Rinjani, Lombok Timur dan Lombok Utara juga di Sumbawa barat laut. Lereng dikhawatirkan menjadi sangat rapuh karena guncangan gempa yang sudah beberapa kali terjadi," kata Dwikorita.