REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK BARAT -- Kerusakan akibat gempa yang melanda Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Ahad (5/8) menyisakan banyaknya bangunan yang rusak. Menurut data terbaru Pos Utama Tanggap Darurat Bencana Gempa Kabupaten Lombok Barat (Lobar) pada Jumat (17/08), sebanyak 54.497 rumah rusak, dengan kategori rusak berat sebanyak 21.237 unit, rusak sedang sebanyak 14.547 unit, dan rusak ringan dengan 18.713 unit.
Besarnya tingkat kerusakan terutama untuk rusak berat dan sedang, akhir-akhir ini menjadi materi pokok perencanaan oleh Pos Utama untuk segera dibersihkan. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPU-PR) Lobar ditugaskan membantu Badan Nasional Penanggulangan bencana (BNPB) untuk menyediakan alat berat yang akan dipergunakan untuk membersihkan puing-puing bangunan tersebut.
Sekretaris Daerah Lobar yang juga Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lobar, Taufiq mengarahkan, segera mendapatkan lahan yang bisa dimanfaatkan untuk menjadi area pembuangan material afkiran rumah-rumah yang hancur. "Segera buat perencanaan lokasi sehingga alat berat bila sudah siap bisa langsung dikerahkan. Sesudah itu kita langsung pada tahap penyiapan hunian dementara (Huntara)," ujar Taufiq di Lobar, NTB, Jumat (17/8).
Dia mencontohkan, Kecamatan Narmada yang kesulitan mendapatkan tempat pembuangan puing-puing. Taufiq sudah menghubungi seluruh kepala desa untuk mencari area kosong untuk pembuangan puing.
Taufiq menyebutkan, jumlah rumah rusak berat di Kecamatan Narmada tercatat sebanyak 1.793 rumah dan rusak sedang sebanyak 3.026 rumah. "Kerusakan rumah terbanyak justru terjadi di Kecamatan Gunung Sari, sebanyak 10.893 rumah rusak berat, 2.366 rusak sedang, dan 2.437 rumah rusak ringan," kata Taufiq.
Dia menyampaikan, hingga saat ini, korban meninggal dunia akibat dampak gempa di Lobar sebanyak 44 orang meninggal dunia, 258 orang luka berat, dan 701 orang mengalami luka ringan. "Banyak pihak mulai khawatir dengan kondisi pengungsian yang semakin mengkhawatirkan. Terutama dengan mulainya turun hujan dan suhu yang semakin dingin di malam hari," ujarnya.
Hal ini, kata dia, harus menjadi perhatian bersama, terutama dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada 220.904 orang pengungsi yang terpencar di seluruh kantong pengungsian. "Jangan sampai ada jatuh korban jiwa lagi justru karena minimnya pelayanan kesehatan bagi para pengungsi," kata Taufiq.