Jumat 17 Aug 2018 16:00 WIB

Di Koalisi Prabowo-Sandi, Gerindra Bantah Serakah

Djoko Santoso kemungkinan jadi Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Sandi.

Rep: Ali Mansur, Mabruroh / Red: Andri Saubani
Pendaftaran Calon Presiden Prabowo. Pasangan Capres-Cawapres Prabowo (kiri) dan Sandiaga Uno berfoto usai  menyerahkan berkas pendaftaran kepada Ketua KPU Arief Budiman (kedua kanan) di KPU Pusat, Jakarta, Jumat (10/8).
Foto: Republika/ Wihdan
Pendaftaran Calon Presiden Prabowo. Pasangan Capres-Cawapres Prabowo (kiri) dan Sandiaga Uno berfoto usai menyerahkan berkas pendaftaran kepada Ketua KPU Arief Budiman (kedua kanan) di KPU Pusat, Jakarta, Jumat (10/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Badan Komunikasi DPP Partai Gerindra, Andre Rosiade membantah bahwa partainya terlalu mendominasi atau serakah dalam menjalin koalisi dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Itu setelah mereka menempatkan wakilnya di posisi calon presiden dan calon wakil, padahal PKS sudah mengusulkan sembilan nama.

Kenyataannya, kader Partai Gerindra, Sandiaga Uno yang dipilih menjadi cawapres pendamping Prabowo Subianto. Kemudian mereka juga mengusulkan Dewan Pembina Partai Gerindra, Djoko Santoso sebagai ketua tim pemenangan, PKS juga menyodorkan dua nama kadernya.

Tidak hanya itu, Gerindra juga ngotot mendorong kadernya, M Taufik menggantikan Sandiaga Uno sebagai wakil gubernur DKI Jakarta, padahal mereka juga berkoalisi dengan PKS. Namun, Andre menegaskan bahwa partainya tidak serakah, karena Prabowo selalu mengambil keputusan bersama-sama dan melibatkan seluruh pimpinan mitra koalisi.

"Tidak kemaruk. Jadi narasi yang dibangun bahwa kita menaruh itu tidak benar semua keputusan akan didiskusikan, diambil bersama-sama oleh Pak Prabowo sebagai Ketua Umum Partai Gerindra bersama pimpinan partai lain," tegas Andre saat dihubungi melalui sambungan telepon, Jumat (17/8).

Baca juga: Djoko Santoso: Insya Allah Saya Ketua Tim Pemenangan Prabowo

Andre memberikan contoh, pemilihan dna penentuan ketua tim pemenangan, Prabowo mengusulkan nama Djoko Santoso, terus partai-partai lain termasuk PKS juga mengusulkan nama. Setelah itu, kata Andre, akan dikomunikasikan secara bersama-sama dan kekeluargaan. Maka dengan demikian, Andre menyampaikan, bahwa nama Djoko Santoso belum final, sekalipun yang mengusulkan adalah Prabowo.

"Itu (Djoko Santoso) cuma usulan, mungkin dari PKS, PAN dan Demokrat juga ada nama. Nanti akan diputuskan bersama itu kan belum definitif usulan kan boleh," ucapnya.

Selanjutnya, terkait pengganti Sandiaga Uno sebagai wakil gubernur DKI Jakarta, Andre menjelaskan, berdasarkan undang-undang yang berlaku dan sesuai asas kepatutan penggantinya adalah dari Partai Gerindra. Namun, karena memang pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno diusung oleh koalisi Partai Gerindra dengan PKS, maka akan didiskusikan bersama-sama. Bahkan, diskusi untuk mencari pengganti Sandiaga juga melibatkan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

"Tidak ada pemaksaan kehendak tidak ada soal kemaruk semua dibicarakan bersama-sama. kalau ada kesan (kemaruk) seperti itu kan narasi yang sengaja yang dibangun. Jadi semua diputuskan bersama-sama secara kekeluargaan," tambahnya.

Disamping itu, Andre melanjutkan, Gubernur DKI Jakarta juga harus mengusulkan dua nama kepada DPRD DKI. Jika memang Partai Gerindra harus mengusulkan nama, maka pihaknya akan mendorong M Taufik.

Kemudian juga PKS mengusulkan nama, dan semua didiskusikan dan diputuskan bersama-sama secara kekeluargaan. Namun, pihaknya enggan tergesa-gesa untuk menunjuk pengganti Sandiaga.

"Masa iddah-nya kan belum selesai, kepresnya aja belum. Lalu kita lagi fokus menyelesaikan tim sukses dulu, lagi gak elok lah kepresnya aja belum ada," tutup Andre.

Partai Amanat Nasional (PAN) sepertinya santai-santai saja dengan langkah Partai Gerindra yang seakan-akan kemaruk ingin menduduki semua posisi-posisi terpenting. Bahkan PAN menyatakan, masih terlalu dini untuk mengatakan Gerindra serakah jabatan.

“Saya rasa masih terlalu dini kalau seandainya kita mengatakan Gerindra menang banyak,” kata Wasekjen PAN, Faldo Maldini, saat dihubungi Republika, Jumat (17/8).

Menurut dia, sampai hari terkait ketua tim pemenangan dan Wakil Gubernur DKI Jakarta masih dalam pembahasan. Sehingga belum pas menurutnya jika kemudian menyebut Gerindra kemaruk dan mengambil keuntungan paling banyak.

“Karena kan sampai saat ini komunikasi masih terus berlanjut dari semua partai politik,” terangnya.

Dia juga menyatakan, bahwa Gerindra bersama PAN dan PKS berteman sejak lama dan untuk menjadi koalisi pun tidak secara tiba-tiba. Begitupun dengan Demokrat.

“Dan (nanti) terkait bagaimana porsinya saya rasa ini akan sangat demokratis ya, karena kita berteman dan behubungan sudah lama,” terang dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement